Langsung ke konten utama

(Sedang) Hilang pt. 3

Hai,,
#Hai juga penulis

Btw, kalian ngeh gak sama judulnya?
#nggak

Hmm, oke. Oke, yaudah.

-

Oke, barusan itu adalah sesuatu yang gaje. Ga jelas. Hahaha, abaikan. Penulis lagi mau melanjutkan 'part' kemarin. Gak ada yang perlu dilanjutin sih, tapi kok bisa lanjut part? Iya, soalnya part ini juga merupakan part yang ditulis saat kuliah. Oke, Besok kuliahhhhh,,, yeeayy.

#Jarang-jarang nih penulis seneng kalo kuliah, part kemarin-kemarin aja udah nggak jelas sendiri.
Hehehe, sori atuh.

Gimana gak seneng ya, penulis lagi mencari hal yang baru dulu dan ngilang sebentar untuk hal yang lama. :)

#Apaan sih maksudnya hal yang baru dan hal yang lama? Gak ngerti. Btw, ITS kan lagi libur, penulis?
Iya ITS lagi libur.

-

Penulis lagi disini, ditempat yang dingin, sendirian dan menunggu roommate penulis datang. Rasanya sepi dan hampa, wkwk. Padahal diluar lagi hirup pikuknya, tapi gak separah Surabaya. Matahari sih ada, bersinar pula, tapi angin kutubnya masih kerasa. Dingin. Padahal sudah dibalut dengan cardigan yang lumayan lah, tapi tetep.. Dingin. Hahaha. Apalagi jomblo... dingin. Udah, ngaco. Penulis lagi duduk di kursi hijau cerah ini, yang kalo geser sedikit, bunyi. Gak penting.

#Sebenernya mau bahas apa sih?
Ya,, mau bahas apa?

Gak ada yang mau dibahas sebenernya, cuman.. penulis mau bahas... #Iki piye toh bahasane? Hehe, tentang apa yang penulis lakukan saat ini, di kamar penulis yang dingin ini.
Hari ini, tanggal 2 Juli 2016, bukanlah hari yang spesial seperti hari kemarin atau hari sebelum kemarin, atau hari sebelumnya sebelumnya lagi, sejauh ini. Nyari colokan headset yang nggak ketemu-ketemu di pesawat, ketemu sama stranger terus malah barengan keliling kota (hahaha) sampai tuker tukeran email, nyasar pake sepeda selama 5 jam (padahal udah buka gps), atau bawa koper turun tangga-naik tangga yang suruh sempit dan curam, ya hari ini gak se 'unik' hari kemarin. Hari ini penulis milih nyantai, nge list barang-barang yang mau dibeli, dan menunggu roommate penulis datang. Flat ya. Iya, tapi jangan salah.

Hari ini penulis bangun setengah 4 dengan mata yang masih ngantuk dan tubuh yang masih males-malesan. Serius. Seketika menit-menit berikutnya penulis lupa kalo gak buka tadi malam (karena ketiduran). This becomes more serious. Akhirnya penulis cuman ambil keripik 'Naturel' yang dikasih sama Tam kemarin. So lucky to meet you, Tam. Bersyukurlah. dan akhirnya penulis buka tuh kerupuk sambil mainan hape. Masih 2 jam lagi matahari terbit. Jadi penulis santai. Eh, nggak terasa satu stengah jam berlalu. Nggak terasa banget. Terus penulis sempatin buat air hangat pake mini cooker (wkwk, sempat bawa ya) soalnya penulis belum tau, kran air yang bawah itu tapwater bisa langsung minum apa nggak. Terus nunggu mendidih dan penulis buat susu Zee, deh. Terus penulis baru sadar kalo penulis masukin semua air panasnya. Buset, nunggu 5 menit gak bakal dingin nih kayaknya. Akhirnya imsyak tiba, dan... the end.. Penulis gak sahur.

Bayangin penulis ngelewatin buka dan sahur, ditambah puasa 20 jam. Bukan maksud mengeluh sih. Apalah arti mulut yang mengeluh, namun fisik ini bener-bener bikin penulis gak enak sendiri. Tiap 5 detik, perut ini terus bunyi. Penulis cuman bisa ngelus-ngelus botol susu yang hangat, sabar, dan memelas. Terus akhirnya karena sesuatu yang terjadi tanpa sengaja dan merupakan sebuah siklus atau perputaran perbulannya, detik ini penulis bisa minum. Hahaha. Terus terus karena lapar juga akhirnya penulis sempatin buat nasi. Tapi nasinya gagal. Sedih. Dan akhirnya penulis buat blog ini deh sambil makan nasi yang agak failed. Udah. Bye.

Bye.

-

Gak penting ya? Makasih kesempatannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soal ungkapan the sunset is beautiful, isn’t it

“senjanya indah, ya?” kata penulis menatap seorang laki-laki di samping penulis. kami sedang duduk di pinggir pantai dan menatap langit dengan semburat merah jingga yang sangat apik itu. rasa ingin menggapai senja tapi kami hanya berdiam disini karena senja selalu lebih indah dinikmati dari kejauhan. yang diajak bicara tak menanggapi apa-apa. Nihil dibalut kesunyian sore itu. Matahari enggan bertahan di angkasa lebih lama lagi, maka seiring itu pula keduanya pulang.  di atas motor yang mereka bawa, keduanya tak membuka satupun pembicaraan. mereka masih ikut terbenam dalam keindahan senja yang hampir gugur itu. alih-alih terhanyut, penulis malah memang berniat untuk tak menggubris perkataan yang nantinya akan keluar. alih-alih, ia memilih merenung dan menanyakan lagi pada dirinya sendiri dalam hati, “senjanya indah, ya?” tak ada satupun air mata yang keluar membasahi pipinya. meski ia lebih menginginkan itu daripada harus menahan pencernaannya yang tidak kunjung baikan selama 5 hari ata

Are u okay?

Halo semua, maaf penulis lama sekali meninggalkan blog ini. 2022, tahun yang telah berganti belum sempat penulis sapa. Rutinitas setahun terakhir benar-benar berulang secara cepat. Banyak hal yang terskip selain dari hal yang menjadi prioritas, kerja. Tapi ternyata setelah setahun ini, akhirnya penulis kembali ke blog ini karena suatu hal yang akhir-akhir ini sering kembali menghampiri. Mungkin fase yang secara cepat berjalan ternyata menimbulkan suatu dampak, bahwa disadari tidak semua ikut berjalan secara cepat dan disadari tidak semua baik untuk ikut berjalan secara cepat. Salah satu yang sering menghampiri selama setahun belakangan adalah rasa cemas. Perasaan cemas yang semakin lama semakin cepat datang. Sungguh tidak nyaman. 365 hari yang silih berganti hingga menjadi satu tahun. Satu hari yang berarti 24 jam, harus habis begitu saja dengan pekerjaan, bersosialisasi, me time  yang tak lain sebagai distraksi dari pekerjaan ( tragic ), berkabar pada sanak saudara dan kerabat terdeka