Langsung ke konten utama

Tentang meeting proposal seseorang yang ‘Meh’

Hello,

Udah lama gak nulis-nulis di blog. Hari ini penulis dituntut untuk reborn yang mirip udang rebon kayaknya. Jadi setidaknya mari menorehkan beberapa goresan keyboard pada blog yang lama usang ini.

Penulis akan memulai dari judulnya yaitu tentang meeting proposal seseorang yang ‘Meh’. Meeting proposal dengan topik perubahan status … hidup dan mati (self-claimed penulis). Kalau penulis udah tulis di Matriks Eisenhower (Priority Matrix) pasti akan ada di pojok kiri dengan simbol menyalahh 🔥🔥🔥 highly urgent and highly important. Penulis bener-bener investasi dalam hal ini, long-term. Ini juga highly sensitive. Pokoknya apapun dikasih embel-embel highly.

Sebenarnya yang perlu penulis sadari adalah bagaimana orang lain memiliki prioritasnya sendiri dan bagaimana hal ini menurut orang tersebut tidak benar-benar seperti bumi sedang kiamat (ya penulis juga ga melihat sampai sana, tapi coba bayangkan seperti itu). Mungkin seseorang itu akan menempatkan pada kuadran terjadwal (scheduled) seperti yang baru saja terjadi :)

Postingan ini dibuat hanya untuk menyenangkan hati penulis. Anggap saja ini uneg-uneg yang tidak akan membebani siapapun dengan teman curhat penulis harus benar-benar mendengarkan penulis, tidak perlu, never mind, kok. Tidak perlu dibaca juga. Ini hanya ekspektasi dan idealitas yang penulis buat dengan dikhususkan untuk mempelajari diri penulis. Ini juga adalah self-commited dan self-reminder penulis kalau saja nantinya ini terjadi lagi pada penulis.

Oke, sudahi intermezzonya. 

Kalau ini jadi tanggungjawab penulis sendiri, mungkin penulis akan mengerjaan latar belakang, deskripsi, pros cons dan menyiapkan kesimpulan awal dimulai dari awal kesepakatan. Hari itu juga. Penulis akan pikirkan setiap harinya meskipun hanya 20 menit. Kalau seseorang yang katanya menerapkan alokasi waktu 1% ya penulis tentu akan mengalokasikan waktu penulis setiap harinya walaupun hanya sebentar.

Kalau penulis dihadapkan oleh klien yang super duper charming, gorgeous, and highly invested to this person (unless you did not ha ha tertawa getir, please anggap aja iya). Penulis akan sebisa mungkin mengabari dengan mencantumkan progres penulis setiap harinya. Every f**king single day until deadline! Period! Di ujung hari, penulis akan beri summary kecil-kecilan progres apa yang penulis lakukan hari itu dan pastinya penulis akan meyakinkan ini akan selesai tepat waktu.

Simply, mungkin bikin tabel atau 1 paragraf singkat yang pastinya tidak luput dengan persentase progres/100. Bikinnya juga ga sampe kayak ngerjain skripsian, kok. Apalagi kalau udah setiap hari kerjanya menghubungi klien ya, tentu harusnya hafal betul bagaimana komunikasi yang baik dan benar.

Bagaimana bila dengan tenggat waktu yang ditentukan belum cukup pada angka 100? Penulis sebagai klien orang tersebut, misalnya, akan bisa prediksi dan forecasting juga dengan report yang dikirimkan sebelumnya dan dengan justifikasi dan alasan yang jelas, kendala yang dihadapi dijembrengin (apalah itu bahasanya) tentu akan bisa meyakinkan klien ini layak ditunggu dan ditunda agar hasil bisa maksimal. Kecuali, sebelum-sebelumnya gak kirim report sampai harus ditagih progresnya :)

Kalau pengajuan pertama ditolak? Ya, bisa dievaluasi kenapa. Klien juga pasti kan memberi alasan kenapa ditolak, kalau ngga kasih alasan sama sekali, YA COBA DIEVALUASI SENDIRI TERUS DIAJUIN LAGI YANG BENER-BENER MASUK AKAL. Walaupun penulis gak peka, tapi penulis berusaha peka dan memetakan potensi terjadinya kesalahan. 

Kalau di tenggat waktu yang ditentukan seseorang tersebut baru memutuskan untuk meminta keringanan dengan mengulur tenggat waktu (tanpa kasih bukti dan laporan yang jelas), ya boleh dipikir lagi gak.

  1. Dia tidak melihat ini sesuatu yang highly urgent and important
  2. Dia tidak melihat klien yang super duper charming and gorgeous ini adalah tolak ukur kematian … hatinya
  3. Seseorang yang pintar berinvestasi harusnya tau kalau ini berarti investasi bodong dan ngapain dipikirin
Gimana tindaklanjut hal demikian? Ya, penulis akan temuin klien itu dengan keadaan siap meskipun lewat tenggat. Niatnya cuma kasih unjuk temuan-temuan penulis selama ini, feeling guilty karena melewatkan kesempatan sebelumnya. Udah sadar diri dulu, outputnya bisa jadi sia-sia bisa jadi didengarkan tanpa mengharapkan proposal tersebut akan diterima seperti sebelumnya.

Begitulah ceritanya ekspektai ha ha ha

Cerita ini dalam rangka menghibur diri penulis sendiri. Love language penulis emang akhir-akhir ini meskipun tetap quality time tapi kayaknya word of affirmation juga lebih tinggi sekarang daripada act of service. Sekaligus ini memang pengingat penulis yang kayak gini ya harus ada standarnya. Kelihatan ribet? Ini aja sebenernya standar minimum berkomunikasi and you did not invest in those stuff.

P.S

Postingan ini mengandung banyak hal satir dan sarkas. Like ily means double meaning. I love you and I’m leaving you. Here I do both.

Komentar

  1. Mister Tukul Jalan-Jalan5 Mei 2024 pukul 15.53

    So, penulis, mau loving him maupun leaving him, yang penting LOVE YOURSELF!

    Semoga Tuhan berikan jalan, amin.

    BalasHapus

Posting Komentar

Buat mbak, mas, kakak, adik, bapak, ibu, bude, tante, paman, pakle', saudara-saudari silahkan suaranya ditulis :)
No Junk loo ya!! Salam damai :)

Postingan populer dari blog ini

Soal ungkapan the sunset is beautiful, isn’t it

“senjanya indah, ya?” kata penulis menatap seorang laki-laki di samping penulis. kami sedang duduk di pinggir pantai dan menatap langit dengan semburat merah jingga yang sangat apik itu. rasa ingin menggapai senja tapi kami hanya berdiam disini karena senja selalu lebih indah dinikmati dari kejauhan. yang diajak bicara tak menanggapi apa-apa. Nihil dibalut kesunyian sore itu. Matahari enggan bertahan di angkasa lebih lama lagi, maka seiring itu pula keduanya pulang.  di atas motor yang mereka bawa, keduanya tak membuka satupun pembicaraan. mereka masih ikut terbenam dalam keindahan senja yang hampir gugur itu. alih-alih terhanyut, penulis malah memang berniat untuk tak menggubris perkataan yang nantinya akan keluar. alih-alih, ia memilih merenung dan menanyakan lagi pada dirinya sendiri dalam hati, “senjanya indah, ya?” tak ada satupun air mata yang keluar membasahi pipinya. meski ia lebih menginginkan itu daripada harus menahan pencernaannya yang tidak kunjung baikan selama 5 hari ata