Langsung ke konten utama

[RAW] Ketika NEKAT mengalahkan semuanya.



Hari jumat kemarin itu adalah hari yang penuh kenekatan. Dan dari situ penulis baru pertama kali tau ‘the power of nekat’. Padahal biasanya juga the power of kepepet.

Kok bisa? Jadi hari jumat itu ada mata kuliah statistika. Mata kuliah yang gak enak banget adanya karena kok bisa-bisanya gitu ada di hari jumat. Hari yang pendek dan pasnya itu ada dirumah. Penulis juga kena penyakit lama gara-gara statistika. Dulu waktu kenal Kak Sabda di Zenius, kalo belajar itu bawaannya seneng. Udah bisa memotivasi diri sendiri. Dan sekarang, penulis belum bisa menemukan orang yang bener-bener bisa memotivasi dalam urusan statistika. Walaupun temen sebelah *Senggol mbak Din* adalah pentolannya statistika. Tapiii~ kurang gitu loh. Penulis juga merasa statistika penulis buruk ruk, bukan dosennya. Tapi penulis dalam statistika. Buruk.

Balik lagi~

Jadi selesai mata kuliah statdas (statistika dasar) penulis maunya pulang. Kemarin sih udah janjian sama Fajri buat nganterin sama Bungurasih, tapi Fajri gak bisa janjiin *berarti belum janjian*. Dan bener, Fajri gak bisa.

Nah disini lah munculnya kata-kata sakti yaitu ‘NEKAT’. Gatau apa yang ada dipikiran penulis. Padahal penulis agak takut sebelum-sebelumnya jadi mendadak berani kayak gini. Apalagi pas ditanya Zia, “berani atau memberanikan diri?” dan langsung penulis jawab, “Ya kapan berani kalo gak memberanikan diri”. Itu. Adalah. Kalimat. Yang. Tiba-tiba. Ada. Entah.
Penulis tanya ke Via kalo dari sini naik len apa? *btw len=angkutan umum* “Kalo dari keputih, naik S. Terus naik bus kota ke Bungur”. Udah? Gitu aja. Oke cabut. Penulis ngambil uang dulu ditemenin Amel terus naik len. Jujur pas naik penulis ragu. Tapi apalah, udah nyegat.

Dan tralalala~ ketemu Vino sama temennya. Syukurlah ketemu temen yang sejalan ke Bungur. Daripada sendirian? yu know sendirian itu gimana. Ya flat-flat aja ke Bungur. Jangan lupa keamanan diri dan kelengkapan lainnya diperjalanan, tidur sih boleh. Jangan sampek gak tidur karena ngerasa nggak aman :D

Sampek Bungur, kita mencar. Fix, masuk bis ke probolinggo sungguh panas. Walaupun panas tetep aja sih bisa tidur. Lanjut sampek probolinggo~ sumpah penulis salah bis. Harusnya ke Situbondo tapi penulis naik bis ke Bondowoso. Gengsi kan mau turun, akhirnya terpaksa bayar sampek besuki. Udah gitu dari besuki naik lag ibis yang menuju Situbondo. Dan whatttt! Bis itu yang ada di terminal Probolinggo dan itu ber AC. Sumpah nyesel. Kan bisa ngerasain AC dari sejak dahulu kala ._.

Udah sih gitu aja nekatnya. Nggak juga sih. Penulis ninggalin Aksi Hataru, ninggalin jualan bareng anak-anak. Wah sebenernya penulis gak patut dicontoh dalam hal tinggal-meninggalkan. Tapi alasan khusus pasti ada, alasan yang besar yang mengalahkan semuanya, dan nekat.

Tapi~

“Penulis baru sadar. Apapun yang kamu tanamkan dipikiranmu itu, apapun resikonya, apapun konsekuensinya. Jika kita pegang sesuatu itu, peganglah erat. Garis finish bukan sesuatu yang besar buatmu.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soal ungkapan the sunset is beautiful, isn’t it

“senjanya indah, ya?” kata penulis menatap seorang laki-laki di samping penulis. kami sedang duduk di pinggir pantai dan menatap langit dengan semburat merah jingga yang sangat apik itu. rasa ingin menggapai senja tapi kami hanya berdiam disini karena senja selalu lebih indah dinikmati dari kejauhan. yang diajak bicara tak menanggapi apa-apa. Nihil dibalut kesunyian sore itu. Matahari enggan bertahan di angkasa lebih lama lagi, maka seiring itu pula keduanya pulang.  di atas motor yang mereka bawa, keduanya tak membuka satupun pembicaraan. mereka masih ikut terbenam dalam keindahan senja yang hampir gugur itu. alih-alih terhanyut, penulis malah memang berniat untuk tak menggubris perkataan yang nantinya akan keluar. alih-alih, ia memilih merenung dan menanyakan lagi pada dirinya sendiri dalam hati, “senjanya indah, ya?” tak ada satupun air mata yang keluar membasahi pipinya. meski ia lebih menginginkan itu daripada harus menahan pencernaannya yang tidak kunjung baikan selama 5 hari ata

Are u okay?

Halo semua, maaf penulis lama sekali meninggalkan blog ini. 2022, tahun yang telah berganti belum sempat penulis sapa. Rutinitas setahun terakhir benar-benar berulang secara cepat. Banyak hal yang terskip selain dari hal yang menjadi prioritas, kerja. Tapi ternyata setelah setahun ini, akhirnya penulis kembali ke blog ini karena suatu hal yang akhir-akhir ini sering kembali menghampiri. Mungkin fase yang secara cepat berjalan ternyata menimbulkan suatu dampak, bahwa disadari tidak semua ikut berjalan secara cepat dan disadari tidak semua baik untuk ikut berjalan secara cepat. Salah satu yang sering menghampiri selama setahun belakangan adalah rasa cemas. Perasaan cemas yang semakin lama semakin cepat datang. Sungguh tidak nyaman. 365 hari yang silih berganti hingga menjadi satu tahun. Satu hari yang berarti 24 jam, harus habis begitu saja dengan pekerjaan, bersosialisasi, me time  yang tak lain sebagai distraksi dari pekerjaan ( tragic ), berkabar pada sanak saudara dan kerabat terdeka