Langsung ke konten utama

RITUAL HAS CHANGED IN MY EMOTIONAL (ALMOST) LAST WEEK OF THE SEMESTER [PART #1!!]

Hai!

Sebelumnya penulis mau mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan 😊
Sebenernya postingan kali ini sudah seminggu mendekam di draft.. penulis belum sempat ngedit, jadinya gak diposting-posting.. hehehe

So check out!
v
v

Udah lama ya, sekitar 3 bulan meninggalkan blog ini. Pasti pada nanya pada sibuk apa sih? Eh gak ada yang nanya ya? Gapapa sih, hehehe. #LAH? Penulis cuma lagi mengikuti arus yang deras, pilihannya ada dua, pegangan yang kencang atau mengatur tempo untuk mengikuti arus itu. Sayangnya, nulis diblog ini bukan jadi salah satu pilihan, sih. Hehehe. Maaf ya

Salah satu arus yang kencang ini berasal dari cerita penulis.
Ini arus sungguhan loh!


Jadi ini dimulai dari weekend-weekend yang sedang berada dalam perjalanan puncak kesetresan mahasiswa. Weekend minggu 14! Seminggu yang lalu tepatnya, penulis melarikan diri ke pulau sebelah membawa bekal tugas yang belum terselesaikan. Minggu itu menjadi minggu paling emosional penulis.

(kalo kalian ngikutin penulis tahun-tahun belakangan ini, pasti kalian tau deh kapan tepatnya penulis merasa 'lost', merasa kosong, bimbang, bingung, tertekan dalam diam, dan sebagainya. Dan penulis berusaha untuk menghindar dari banyak orang, pergi ke tempat yang belum pernah penulis kunjungi atau sekedar muter-muter gak jelas pakai motor penulis).


Ya begitulah ritual-ritual penulis di minggu-minggu hampir akhir di tiap semesternya. Tapi semester ini, semuanya terbalik!

Orang tua penulis dari seminggu sebelum hari keberangkatan nanya sama penulis ada jadwal gak minggu depan? Gimana kalo ikut jalan-jalan? Coba tebak kemana? Ke Bali! Pulau Dewata!

Sebetulnya penulis udah lama banget ke Bali, eh, yang kemarin itu kedua kalinya ding. hehehe. Penulis pertama kali kesana waktu masih TK dan ya gak inget apa-apa. Inget sih, satu hal. Waktu ke Trunyan, Kintamani terus masuk ke cekungan besar dan ngelihat banyak tengkorak disana. Itu satu-satunya yang penulis ingat. Penulis sama mama penulis naik perahu waktu itu buat kesana. Mungkin karena waktu itu penulis takut, tapi penulis gak berani ngomong dan diem aja. Jadi penulis bias inget itu sampai sekarang kali ya, hehe.

Nah, balik lagi. Setelah ditawari dan penulis menyesuaikan dengan jadwal penulis juga. Akhirnya penulis mengiyakan. Waktu itu juga libur 6 hari: kamis-selasa. Masak penulis gak kemana-mana? Di kos aja? Apalagi di rumah aja terusan dan gak ikut?

Terus penulis kan pulang hari kamis siang, dan ada satu tanggungan metlit belum selesai. Yakin deh gak bakal penulis kerjain kalo dirumah. Eh taunya bener, keasikan main, nonton, jadi lupa deh. Penulis baru ngerjain besoknya dari jam setengah 2 siang, padahal jam 18.00 itu berangkat! Dan ternyata juga ini rombongan! Bukan sekeluarga aja, tapi sama KONI SITUBONDO.

What?
Penulis diberitau hari H waktu packing perlengkapan. Yang bikin penulis menimbang-nimbang, disitu ada guru olahraga sama kesiswaan waktu penulis SMA. Terus naik travel kan, nah travelnya itu dipimpin sama wali kelas penulis waktu SMP. Gengsi, takut, lah. Tapi yaudah, tinggal S3: Senyum, Salam, Sapa dah beres.

17.00
Penulis yang udah wanti-wanti harus selesai jam segini buat ngerjain metlit ternyata belum selesai juga. Bayangin~ masih banyak. Duh! Penulis dalam hati udah gak pingin ikut, ngerjain metlit aja. Pasalnya, waktu dikasih tau jadwal itenerarynya ternyata malem baru ke hotel. Lah masak mau telat seharian. Nggak deh!

18.00
Penulis udah berkaca-kaca. Kayaknya gak ikut deh, meski sudah packing. Tapi~
.
.
.
Penulis tutup laptop, ke kamar mandi, sholat, terus mandi. terus penulis siap di ruang tamu. Gak tau lagi tugas penulis kayak gimana. Sebelumnya penulis sampai sensitive sih sama orangtua gara-gara ribet bawa laptop. Soalnya penulis punya solusi ngerjain di bis, tapi masalahnya laptop penulis ini cuma bertahan satu jam. Nanti kalo gak selesai tapi laptop udah mati, gimana coba. Yaudah lah~ Pasrah~


19.30
Baru berangkat
fyuh
Mana deadline 23.59
Dan belum di bis
Hmm..

20.00
Masuk bis
Mendekam di bis
Dan diberitahu
Kalo
Kalo
Kalo
Kalo bisnya ada stopkontaknyaaa!
YEAY~
#Penulis katrok deh! Kalo travel kan pasti ada stopkontak
Eh sekarang gitu ya?


Penulis ngerjakan tuh dengan santainya, sampaiiii kursi depan penulis-yang diduduki bapak-bapak-dimundurin. Sempit. Well, dari situ penulis mulai ngetik sambil mabuk darat di perjalanan. Kemudian ngantuk.... Penulis gak ingat lagi nulis apaan, dan apa itu bener. Tapi penulis usaha untuk tetep bangun walaupun mabuk

21.40-ann
Udah ah, kelar!
Minta tethering ke mama
Kirim.
Done.
Tidur.


Bangun-bangun udah sampai pelabuhan.
Eh
Eh
Snapgram dulu
Jepret dulu

Sejam kemudian~~

PULAU DEWATA!!
UWA!!

Udah gitu dulu yaa, part 2 bakal lebih panjang.. kalo sekarang udah ngantuk bacanya mending lain waktu aja. hahaha tapi tetep baca loh yaa.
PART DUA BAKAL DIPOSTING HARI INI DALAM 2 JAM KEDEPAN SO STAY STRONG (?) EH STAY TUNED!

BYE! SEMANGAT PUASA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soal ungkapan the sunset is beautiful, isn’t it

“senjanya indah, ya?” kata penulis menatap seorang laki-laki di samping penulis. kami sedang duduk di pinggir pantai dan menatap langit dengan semburat merah jingga yang sangat apik itu. rasa ingin menggapai senja tapi kami hanya berdiam disini karena senja selalu lebih indah dinikmati dari kejauhan. yang diajak bicara tak menanggapi apa-apa. Nihil dibalut kesunyian sore itu. Matahari enggan bertahan di angkasa lebih lama lagi, maka seiring itu pula keduanya pulang.  di atas motor yang mereka bawa, keduanya tak membuka satupun pembicaraan. mereka masih ikut terbenam dalam keindahan senja yang hampir gugur itu. alih-alih terhanyut, penulis malah memang berniat untuk tak menggubris perkataan yang nantinya akan keluar. alih-alih, ia memilih merenung dan menanyakan lagi pada dirinya sendiri dalam hati, “senjanya indah, ya?” tak ada satupun air mata yang keluar membasahi pipinya. meski ia lebih menginginkan itu daripada harus menahan pencernaannya yang tidak kunjung baikan selama 5 hari ata

Are u okay?

Halo semua, maaf penulis lama sekali meninggalkan blog ini. 2022, tahun yang telah berganti belum sempat penulis sapa. Rutinitas setahun terakhir benar-benar berulang secara cepat. Banyak hal yang terskip selain dari hal yang menjadi prioritas, kerja. Tapi ternyata setelah setahun ini, akhirnya penulis kembali ke blog ini karena suatu hal yang akhir-akhir ini sering kembali menghampiri. Mungkin fase yang secara cepat berjalan ternyata menimbulkan suatu dampak, bahwa disadari tidak semua ikut berjalan secara cepat dan disadari tidak semua baik untuk ikut berjalan secara cepat. Salah satu yang sering menghampiri selama setahun belakangan adalah rasa cemas. Perasaan cemas yang semakin lama semakin cepat datang. Sungguh tidak nyaman. 365 hari yang silih berganti hingga menjadi satu tahun. Satu hari yang berarti 24 jam, harus habis begitu saja dengan pekerjaan, bersosialisasi, me time  yang tak lain sebagai distraksi dari pekerjaan ( tragic ), berkabar pada sanak saudara dan kerabat terdeka