Langsung ke konten utama

IT IS CRAZY!

Hai!

Sebelum penulis nge publish 3 dari 3 postingan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Penulis mau membahas hal yang hangat ini terlebih dahulu. Yang sedang berada dalam pikiran penulis selama 3 hari atau 4 hari belakangan ini.



Sebuah kenekatan yang sudah lama tidak terjadi lagi dalam kehidupan penulis. Terakhir adalah 2 tahun yang lalu dan pastinya kalian tau apa yang terjadi di dua tahun yang lalu. Meski tidak senekat sebelumnya. Namun seiring dengan kedewasaan penulis yang terus berkembang sehingga menumbuhkan sisi realistis dalam diri penulis maka perjalanan kali ini terasa lebih nyata.

Dua tahun lalu, perjalanan menuju negeri kincir angin serasa seperti sebuah mimpi. Sampai sekarang pun seperti itu. Rasanya aneh tapi senang, tapi ternyata juga nyata. Seperti itu rasanya. Penulis memang bermimpi untuk ke negara bunga Tulip itu dan akhirnya terwujud. Sebuah kenekatan yang sama sekali tidak melihat faktor-faktor yang seperti sekarang ini. Yang penting pas pertama daftar waktu itu adalah dapat LOA universitas, yang lainnya mikir belakangan.

Kalau sekarang..
Penulis benar-benar berfikir dari hal yang makro sampai yang detil banget.

Penulis bingung bagaimana bilang ke orang tua penulis tentang perjalanan panjang ini, apakah nantinya penulis dibolehin atau tidak? Kapan waktu yang pas untuk bicara sama mereka?

Penulis juga takut buat ninggalin adik penulis yang masih kecil banget, karena perjalanan ini lebih jauh daripada Surabaya yang bisa pulang kalau ada waktu luang. Apalagi terakhir kali, penulis beliin buku bahasa Inggris buat adik penulis. Dia suka banget dan selalu ingin belajar. Siapa lagi yang ngajarin kalau bukan penulis (efek orang rumah juga gak ada yang bisa bahasa inggris)?

Penulis juga bingung untuk ninggalin sahabat penulis di Surabaya. Yaang harusnya penulis bisa bantu mereka untuk terus nyemangatin dan sharing-sharing mengenai Tugas Akhir.

Penulis juga bingung untuk ninggalin teman penulis yang punya mimpi mulia di departemen PWK ini dan harusnya penulis juga bantu karena kita satu organisasi sebelumnya.

Penulis juga tidak enak hati pada dosen penulis yang memberi kepercayaan kepada penulis untuk membantu menyelesaikan salah satu kesibukannya. Eh 2 kesibukannya deh.

Penulis juga bingung masalah finansial, sungguh ini adalah permasalahan sebenarnya untuk orang yang beranjak 'tua'. Bagaimana perjalanan tanpa finansial? hmm

Penulis juga didesak untuk memperpanjang kos di Surabaya saja. Tetapi penulis tidak mau.

Dulu orang China waktu datang ke jawa, mereka menaiki kapal dan kemudian mereka bakar kapalnya tanpa tahu apa yang ada di pulau jawa. Diterima atau tidak. Tapi mereka sudah menganggap itu tanah mereka juga
-kata dosen penulis dua hari yang lalu

Jadi penulis tidak memperpanjang kosan.

Penulis bingung harus sharing hal ini ke siapa, karena sulit untuk mencari orang yang tepat dari segi mau mendengarkan cerita penulis dan tanggapan dia ke penulis.
Penulis gamau cerita ke sahabat-sahabat penulis dulu. Karena penulis rasa belum pas, sulit untuk mengatakan hal ini yang menyangkut tentang kehidupan masa transisi. Entah penulis belum bisa all out ke mereka. Terus memang kalau ada apa-apa masalah mimpi, pencapaian selanjutnya, dan sesuatu yang idealis lainnya, penulis emang cerita ke ayah penulis. Karena saran beliau lebih blak-blakan dan lebih nampol. Cuma,, kali ini penulis memang takut untuk cerita ke ayah penulis dulu.

Dan akhirnya penulis mencari orang lain yang bisa mengungkapkan pendapatnya secara blak-blakan. Penulis dapat orangnya. Akhirnya, penulis cerita ini pertama kali ke dia. Penulis bilang bla bla bla (sambil melow banget 😢) dan penulis bilang belum cerita ini ke orang tua penulis karena takut.

terus dia bilang,
Kalau gitu, fokus aja dulu Qon.
Intinya seperti itu.

Udah deh, sepenggal kalimat itu cukup untuk menumbuhkan semangat penulis buat bilang ke orang tua penulis. Semangat untuk bilang ke sahabat-sahabat penulis di Surabaya. Semangat untuk mempersiapkan perjalanan ini dengan lebih matang lagi. Pokoknya penulis sangat bersemangat.

Tibalah wisuda penulis dan waktu yang mempertemukan penulis dengan orang tua dan keluarga penulis. Bukan saat yang tepat juga untuk bercerita soal ini.

Tapi penulis cerita di malam perpisahan penulis dan keluarga penulis (karena penulis masih harus di Surabaya).

Ke mama penulis.
.
.
.

Bukan jawaban yang diharapkan.
.
.Jauh...
dari yang diharapkan
..
Bahkan penulis masih ingat.
Plan yang sudah penulis buat tidak ada yang didengarkan apalagi dipikirkan terlebih dahulu.
Sedikitpun.
.
.
Tentu saja kecewa.
.
.
Dan tentu saja penulis menangis
Sejadi jadinya
Setiap hari
Setiap jam
Setiap ingat perkataan itu
dan penulis gak pernah bisa lupa
dan gak pernah bisa menerima

Sejak saat itu penulis benar-benar selalu mencoba untuk tersenyum dan tertawa, tapi ternyata tiba-tiba aja ingat kejadian itu buat penulis nangis lagi. Pernah waktu penulis keluar bersama dua orang teman penulis untuk makan malam di ayam geprek yang super enak. Asyik-asyik ngobrol, eh, penulis nangis. Untung duduknya dekat toilet, jadi penulis ngacir langsung ke bilik toilet. Nangis agak lama disana (kaya difilm-film sungguhan, tapi ini nyata 😢)

Penulis memang gampang tersentuh kalau bercerita soal mimpi, pencapaian, dan harapan. Penulis lihat film aja kalau masalah ini udah nangis kejer banget. Film kayak laskar pelangi pas bagian Lintang tuh nangis buanget, lihat film animasi Ghibli yang judulnya Whisper of The Heart dari awal sampe akhir nangis terus. Film tentang mimpi yang gak sesuai dengan jalannya dan ga adil padahal dia punya keahlian yang melebihi orang-orang tuh pastinya penulis udah banjir.

Penulis gak bisa seperti itu terus menerus. Jadi penulis mencoba untuk legowo terhadap hal yang ada. Tentang apa yang akan terjadi nantinya. Penulis berusaha ikhlas, tetapi tetap nangis di setiap kesempatan
#ya penulis belum ikhlas berarti
mungkin ya

Penulis juga sempat chat sama mama penulis dan menjelaskan lagi.
Tapi ternyata berkomunikasi langsung dan lewat perantara itu memberikan perbedaan sudut pandang dalam mengolah pesan yang diterima.
Ya ujungnya miscom lagi.

Kalimat terakhir yang penulis tulis waktu itu adalah tolong jangan cerita sama Ayah dulu, biar penulis aja yang cerita.

Memang penulis masih harus cerita langsung sama Ayah penulis. Jadi ketika ada kesempatan untuk pulang datang, penulis mempersiapkan untuk cerita langsung ke ayah penulis dan (lagi) ke mama penulis.

Penulis lupa tepatnya pas kapan penulis cerita, tapi penulis ingat, waktu itu jamannya pendaftaran CPNS dan ngomongin rencana kedepannya gimana. Jadi kita (penulis dan orang tua penulis) duduk di ruang makan (mungkin, lupa soalnya). Mulai pelan-pelan ngomongin rencana penulis yang mau melakukan beberapa perjalanan dan keraguan lainnya. Masalah di kampus dan masalah utama finansial. Terus ayah penulis bilang mendukung setiap keputusan penulis dan mama Alhamdulillah juga.

Tapi yang ditekankan dan yang selalu harus diingat penulis dari pembicaraan itu adalah
"yang penting setiap perjalananmu harus berprogres"
Thats!
Yang menjadi dasar dari keputusan perjalanan ini.
Progres bukanlah sesuatu yang mudah. Tapi harus tau apa yang perlu dikembangkan dan sejauh apa.

Penulis seneng minta ampun.
Tapi tentu masih ada keraguan meskipun sedikit.
Dan ketakutan tuh makin bertambah sebenernya.
Pertanyaan ke diri penulis sendiri berganti
Apakah ini keputusan terbaik yang penulis pilih?

Pokoknya gitu lah.
Penulis buat ppt juga buat progres semacam itu.
Karena ingatlah progres itu adalah suatu pencapaian dalam perjalanan untuk berkembang ini.

So, kemanakah perjalanan penulis?
Saat ini sih udah ada di daerah istimewa itu loh!
😁

Stay tuned for next post!

Komentar

  1. Oke thor ditunggu update-annya, udah ga pakai anonim lagi yak saya wkwkwkwk

    BalasHapus
  2. Hai sist ,update lg dong .Ku rindu sama tulisan dan ceritamu

    BalasHapus
  3. semangat Kakak Qonitah... kakak bisa kok .. ku yakin kakak mampu :) kan kakak orang yang slelau berfikiran positif :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Buat mbak, mas, kakak, adik, bapak, ibu, bude, tante, paman, pakle', saudara-saudari silahkan suaranya ditulis :)
No Junk loo ya!! Salam damai :)

Postingan populer dari blog ini

Soal ungkapan the sunset is beautiful, isn’t it

“senjanya indah, ya?” kata penulis menatap seorang laki-laki di samping penulis. kami sedang duduk di pinggir pantai dan menatap langit dengan semburat merah jingga yang sangat apik itu. rasa ingin menggapai senja tapi kami hanya berdiam disini karena senja selalu lebih indah dinikmati dari kejauhan. yang diajak bicara tak menanggapi apa-apa. Nihil dibalut kesunyian sore itu. Matahari enggan bertahan di angkasa lebih lama lagi, maka seiring itu pula keduanya pulang.  di atas motor yang mereka bawa, keduanya tak membuka satupun pembicaraan. mereka masih ikut terbenam dalam keindahan senja yang hampir gugur itu. alih-alih terhanyut, penulis malah memang berniat untuk tak menggubris perkataan yang nantinya akan keluar. alih-alih, ia memilih merenung dan menanyakan lagi pada dirinya sendiri dalam hati, “senjanya indah, ya?” tak ada satupun air mata yang keluar membasahi pipinya. meski ia lebih menginginkan itu daripada harus menahan pencernaannya yang tidak kunjung baikan selama 5 hari ata

Are u okay?

Halo semua, maaf penulis lama sekali meninggalkan blog ini. 2022, tahun yang telah berganti belum sempat penulis sapa. Rutinitas setahun terakhir benar-benar berulang secara cepat. Banyak hal yang terskip selain dari hal yang menjadi prioritas, kerja. Tapi ternyata setelah setahun ini, akhirnya penulis kembali ke blog ini karena suatu hal yang akhir-akhir ini sering kembali menghampiri. Mungkin fase yang secara cepat berjalan ternyata menimbulkan suatu dampak, bahwa disadari tidak semua ikut berjalan secara cepat dan disadari tidak semua baik untuk ikut berjalan secara cepat. Salah satu yang sering menghampiri selama setahun belakangan adalah rasa cemas. Perasaan cemas yang semakin lama semakin cepat datang. Sungguh tidak nyaman. 365 hari yang silih berganti hingga menjadi satu tahun. Satu hari yang berarti 24 jam, harus habis begitu saja dengan pekerjaan, bersosialisasi, me time  yang tak lain sebagai distraksi dari pekerjaan ( tragic ), berkabar pada sanak saudara dan kerabat terdeka