Langsung ke konten utama

2021

2021, maaf langsung menanyakan pertanyaan ini di awal tahun sebelum kembali menyapamu. 

Bagaimana cara mengembalikan kepercayaan diri, mengembalikan pikiran kalau diri sendiri adalah orang yang unik, misterius atau bahkan aneh, dan kembali berfikir ala-ala filsuf dengan sejuta idenya di kala sendiri?

Saat ini, di kala sendirian, penulis menatap sesuatu dengan kosong atau pada orang umumnya akan berkata sesuatu yang biasa saja, yang ingin dilakukan sekarang ini. Pikiran bagaimana besok, hari esok, hari-hari liburan, dan hari tua tidak pernah singgah lagi dalam pikiran penulis. Pemikiran apakah hari ini baik-baik saja pasti penulis jawab baik-baik saja tanpa ada luapan emosi berlebih baik bahagia atau sedih. Ya, so so.

Kenyataannya, penulis masih bisa berekspresi ketika ada atau bertemu orang lain. Masih bisa meluapkan banyak reaksi. Masih bisa hahahihi, sedih, rindu, dan macam-macam lah. Tapi kesan itu sepertinya tidak berlangsung lama, penulis kemudian akan kembali seperti sekarang ini. Tidak berfikir hal yang absurd, imajinatif, inovatif, atau hal-hal yang akan selalu terpikir untuk menyalakan adrenalin penulis lagi.

Penulis sudah pernah mengalami ini di awal tahun 2020 sekitar Februari hingga Maret dan di pertengahan tahun 2020 sekitar Agustus. Waktu itu penulis mematikan emosi sebagai respon post-kejadian.

Sekarang, mungkin bisa saja ini terjadi lagi karena penulis bingung bagaimana melangkah di tahun 2021 yang sebenarnya juga blur seperti 2020. Hanya saja penulis merasa lebih bersyukur 2020 tampak lebih jelas karena pandemi tidak muncul awal Januari sehingga penulis masih bisa membuat resolusi dengan optimis dan membiarkan imajinasi terbuka lebar meski akhirnya ada banyak hal yang tidak sesuai sehingga muncul kekecewaan. Tapi itu lebih baik, setidaknya.

Resolusi tahun 2021 ini menjadi resolusi seperlunya, tidak bisa menjadi resolusi tahunan. Tetapi yang perlu digarisbawahi harus ada evaluasi setiap bulan. Jadi, rencana yang di terbitkan di bulan Januari sepertinya tidak berarti apa-apa karena banyak hal perlu ditunggu dan diadaptasi seperti pindah ke Ibukota membuat semuanya butuh beradaptasi lagi.

Lagu kakak penulis sepertinya cocok untuk suasana ini, yang liriknya begini,

Don't read the last page
But I stay when it's hard or it's wrong or you're making mistakes
… 

Hold on to the memories, they will hold on to you
And I will hold on to you

Setiap suasana kudu dinikmati, setiap kenangan bisa dikenang dan dipelajari, meskipun itu hal yang tidak mengenakkan, tapi harus percaya juga ada suasana yang lebih baik setelah itu. Begitupun penulis, yang juga ingin menikmati akhir tahun, awal tahun dan bulan Januari ini. Penulis juga ingin menikmati bersama blog ini.

Jadi, tunggu saja ya. Penulis sepertinya bisa menyesuaikan ini lagi.

Eh, tunggu,

Penulis jadi kepikiran sesuatu…

#IDE?

Sstt, 

Bye.

Komentar

  1. Everything will be fine penulis. Don't read the last page, make it as the batu loncatan for the new blank page. Nanti besok lusa kalau waktu meng-acc, pertemuan dengan para pengsisi kenangan akan terjadi, termasuk saya. Melangkah saja dengan mantap. Oke? Mantaaaaap. Selamat berpetualang!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah setia menjadi pembaca blog ini Non. Siap! Ayo melangkah juga non~

      Hapus

Posting Komentar

Buat mbak, mas, kakak, adik, bapak, ibu, bude, tante, paman, pakle', saudara-saudari silahkan suaranya ditulis :)
No Junk loo ya!! Salam damai :)

Postingan populer dari blog ini

Soal ungkapan the sunset is beautiful, isn’t it

“senjanya indah, ya?” kata penulis menatap seorang laki-laki di samping penulis. kami sedang duduk di pinggir pantai dan menatap langit dengan semburat merah jingga yang sangat apik itu. rasa ingin menggapai senja tapi kami hanya berdiam disini karena senja selalu lebih indah dinikmati dari kejauhan. yang diajak bicara tak menanggapi apa-apa. Nihil dibalut kesunyian sore itu. Matahari enggan bertahan di angkasa lebih lama lagi, maka seiring itu pula keduanya pulang.  di atas motor yang mereka bawa, keduanya tak membuka satupun pembicaraan. mereka masih ikut terbenam dalam keindahan senja yang hampir gugur itu. alih-alih terhanyut, penulis malah memang berniat untuk tak menggubris perkataan yang nantinya akan keluar. alih-alih, ia memilih merenung dan menanyakan lagi pada dirinya sendiri dalam hati, “senjanya indah, ya?” tak ada satupun air mata yang keluar membasahi pipinya. meski ia lebih menginginkan itu daripada harus menahan pencernaannya yang tidak kunjung baikan selama 5 hari ata

Are u okay?

Halo semua, maaf penulis lama sekali meninggalkan blog ini. 2022, tahun yang telah berganti belum sempat penulis sapa. Rutinitas setahun terakhir benar-benar berulang secara cepat. Banyak hal yang terskip selain dari hal yang menjadi prioritas, kerja. Tapi ternyata setelah setahun ini, akhirnya penulis kembali ke blog ini karena suatu hal yang akhir-akhir ini sering kembali menghampiri. Mungkin fase yang secara cepat berjalan ternyata menimbulkan suatu dampak, bahwa disadari tidak semua ikut berjalan secara cepat dan disadari tidak semua baik untuk ikut berjalan secara cepat. Salah satu yang sering menghampiri selama setahun belakangan adalah rasa cemas. Perasaan cemas yang semakin lama semakin cepat datang. Sungguh tidak nyaman. 365 hari yang silih berganti hingga menjadi satu tahun. Satu hari yang berarti 24 jam, harus habis begitu saja dengan pekerjaan, bersosialisasi, me time  yang tak lain sebagai distraksi dari pekerjaan ( tragic ), berkabar pada sanak saudara dan kerabat terdeka