Langsung ke konten utama

Bersyukur

Hi,

Rasanya penulis sudah kembali. Penulis sudah menemukan apa yang penulis cari kembali, to live-out life, menjalani hidup yang 'hidup'. Meski bukan hidup yang lepas seperti bisa tinggal di pinggir hutan di swedia atau norwegia utara sambil mencari aurora atau berries, atau mencari ketenangan, lalu kemudian berlari dan menari di hamparan savana tundra. Itu tetap akan menjadi mimpi, sih, sebelum tua, hehe.

Sekelebat pemikiran penulis datang, tahun ini rasanya seperti secercah cahaya muncul dari gelapnya 2020. Tahun yang rasanya sangat penuh, meskipun kebanyakan waktunya dihabiskan di rumah saja. Tahun yang penuh kelelahan, rasa cemas, rasa khawatir, bahkan rasa patah hati pun muncul di tahun itu. Meski begitu, banyak hal baik juga terjadi, 2020 juga menjadi tahun untuk menyesuaikan dan menyesuaikan lagi, berbenah lagi, koreksi kesalahan lagi, mencoba atau bereksperimen cara yang tepat untuk lebih baik selagi dunia sedang turut melambat. Tetap ada yang mencoba menenangkan, menghibur, dan menyamankan diri juga, meskipun banyak sekali pergantian lingkar orang-orang terdekat. 

Ada yang selalu hadir dan menampakkan wajahnya menyambut penulis tiap pagi, tentu menjadi kekuatan tersendiri dan merasa bersyukur telah memberi kesempatan untuk melahirkan Penulis. Ada yang tiba-tiba datang meskipun tidak sering kemudian menjadi sering, kemudian bagaimana bisa di saat bersamaan selalu menghilangkan problema tentang hidup sebentar. Ada yang saling mengingatkan untuk bermimpi, bersama-sama meraih, bersama-sama belajar, bersama-sama mencoba disiplin, hingga mungkin tahun depan atau 2 tahun depan bisa bertemu kembali secara langsung di tempat yang terasa asing, namun terasa menjadi hangat. Ada yang selalu menghabiskan peluh menjadi sebuah energi baru dengan meningkatkan endorfin yang mungkin tidak didapatkan dengan hal cimpi-cimpi, hahaha.

Ada banyak hal,

Paruh pertama lebih sedikit, di tahun 2020, mungkin terasa seperti dalam medan perang setiap hari, kebahagiaan juga hanya selingan sesaat yang cepat sekali lunturnya. Sisa bulan setelahnya seperti progression dan pengembangan karakter, kebahagiaan tak lagi selingan, namun masih banyak hal yang masih tertahan dan mencoba untuk diam-diam memperbaiki atau mungkin kebanyakan menunggu waktu yang tepat. Kata-kata yang menjadi anchor saat itu hanya 'tunggu sebentar lagi', 'kamu bisa melewati ini' seperti mencoba untuk bersabar lebih lama dari sebelumnya. Apa yang sudah terlewati bisa terlewati, dan penulis menguatkan diri untuk mencoba melewati sedikit lagi, dan lagi.

Beberapa jam sebelum jawaban itu datang. Lewat salah satu senior yang mungkin telah melalangbuana. Jika dibilang banyak faktor x yang tidak bisa dinalar atau lebih disebut sebagai keberuntungan dan dimanakah mendapat keberuntungan kalau bukan dari bersyukur dan menyadarkan diri untuk selalu mendekat pada-Nya. Penulis tidak bisa langsung mencerna, hanya saja pikiran penulis setuju dengan ucapan beliau. Kalau saja saat itu langsung tergugah, mungkin lebih indah daripada waktu penulis benar-benar menemukan jawabannya. Please, bisa-bisanya sadar karena sesuatu 'itu' (detail yang tidak terduga akan dibahas lain kali, hehe) #postingan selanjutnya ya.

Setelah kemelut bimbang kembali dalam pikiran dan akhirnya mendapatkan jawabannya. Perasaan itu berganti menjadi pemikiran tentang mungkin ini seperti hadiah, karena dapat melewati hari-hari berat yang telah lalu. Reward yang telah dicari secara ngoyoh  namun tidak berhasil ditemukan dengan cepat. Butuh kesabaran yang kuat dan akhirnya sekarang baru menyadari semuanya. Mungkin ini seperti kabut yang telah turun diganti dengan semburat jingga matahari yang baru terbit.

Penulis merasa hidup di kota yang baru, sendirian, dengan lingkungan yang juga baru bukanlah hal yang patut dijalani dengan seadanya. Tetap mencoba bermimpi dan melangkah lagi mendobrak batas-batas yang dibuat diri sendiri. Banyak hikmah yang diambil, tapi harus tahu bahwa semua tidak serta merta instan dan cepat. Tentu ada yang perlu ditahan, kesabaran.

Saat ini, penulis merasa beruntung, bisa bertemu dengan orang-orang baru yang sangat welcome, teman yang menjadi refleksi kekurangan penulis dan membuat penulis belajar lagi, dan juga dengan yang dinamakan passion. Idealisme penulis ketika melamar kerja, memilih yang terbaik dan masih linier dengan apa yang penulis inginkan, lalu diantara semua itu penulis masih mendapatkan hal yang sejalan dengan mimpi penulis. Walaupun entah sampai kapan, penulis bersyukur di tempat penulis berdiri sekarang.

Dah, itu aja. Bingung kan sekarang penulis ngomong apa, tentang apa, apa garis besarnya. Begitu lah penulis menulis postingan kali ini dengan makna yang tersirat. Karena kebangun tengah malam terus jadi ingin nulis sih dengan kalimat-kalimat yang tidak dimengerti.

Intinya, ya, penulis balik, hehe.

Bye 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soal ungkapan the sunset is beautiful, isn’t it

“senjanya indah, ya?” kata penulis menatap seorang laki-laki di samping penulis. kami sedang duduk di pinggir pantai dan menatap langit dengan semburat merah jingga yang sangat apik itu. rasa ingin menggapai senja tapi kami hanya berdiam disini karena senja selalu lebih indah dinikmati dari kejauhan. yang diajak bicara tak menanggapi apa-apa. Nihil dibalut kesunyian sore itu. Matahari enggan bertahan di angkasa lebih lama lagi, maka seiring itu pula keduanya pulang.  di atas motor yang mereka bawa, keduanya tak membuka satupun pembicaraan. mereka masih ikut terbenam dalam keindahan senja yang hampir gugur itu. alih-alih terhanyut, penulis malah memang berniat untuk tak menggubris perkataan yang nantinya akan keluar. alih-alih, ia memilih merenung dan menanyakan lagi pada dirinya sendiri dalam hati, “senjanya indah, ya?” tak ada satupun air mata yang keluar membasahi pipinya. meski ia lebih menginginkan itu daripada harus menahan pencernaannya yang tidak kunjung baikan selama 5 hari ata

Are u okay?

Halo semua, maaf penulis lama sekali meninggalkan blog ini. 2022, tahun yang telah berganti belum sempat penulis sapa. Rutinitas setahun terakhir benar-benar berulang secara cepat. Banyak hal yang terskip selain dari hal yang menjadi prioritas, kerja. Tapi ternyata setelah setahun ini, akhirnya penulis kembali ke blog ini karena suatu hal yang akhir-akhir ini sering kembali menghampiri. Mungkin fase yang secara cepat berjalan ternyata menimbulkan suatu dampak, bahwa disadari tidak semua ikut berjalan secara cepat dan disadari tidak semua baik untuk ikut berjalan secara cepat. Salah satu yang sering menghampiri selama setahun belakangan adalah rasa cemas. Perasaan cemas yang semakin lama semakin cepat datang. Sungguh tidak nyaman. 365 hari yang silih berganti hingga menjadi satu tahun. Satu hari yang berarti 24 jam, harus habis begitu saja dengan pekerjaan, bersosialisasi, me time  yang tak lain sebagai distraksi dari pekerjaan ( tragic ), berkabar pada sanak saudara dan kerabat terdeka