Langsung ke konten utama

WHAT'S (TRULY) ON 2016!

Hi..

So basically, this is post that I barely can't tell you guys..
Jadi, post yang kemarin sebuah formalitas dari rangkaian realita belaka, dimana kamu hanya menginginkan sebuah hal yang dapat dibanggakan orang lain. Sebagian besar!

Post ini gak akan di promote kemanapun. Karena buat apa? Sebenarnya kenapa juga nge-post disini? Gitu kan ceritanya, karena blog ini sudah menjadi bagian dari sebuah kehidupanku (seorang penulis). So, ini hanya spoiler dari apa yang sebenarnya terjadi dari 2016, apa pahitnya! Post ini sebanyak mungkin untuk tidak menyangkut pautkan dengan seseorang. Kalau ada yang merasa terlibat, maaf banget, penulis udah bener-bener menghindari hal itu terjadi.



Terlalu banyak hal-hal yang penulis alami setahun penuh kemarin. Mungkin penulis bakal nulis apa aja hal-hal yang mengganggu pikiran penulis saat ini, atau tepatnya 1/4 tahun ini, hehe.

Tahun ini penulis dapat pelajaran baru, dari hal-hal dan masalah-masalah kecil yang belum pernah penulis jumpai. Sebenernya udah sih, tapi mungkin semakin tahun, penulis semakin banyak teman semakin banyak koneksi, konflik, dan juga toleransi. Penulis baru kerasa setahun terakhir ini dimana penulis menjadi orang yang lebih peka dari sebelumnya. Sebelumnya emangnya kayak apa? Sebelumnya penulis adalah orang kaku, dingin, datar, stiff (oke, itu kaku), ya gak peka. Misterius mungkin, introvert..? well, kayaknya gak terlalu. Katanya juga dulu penulis punya alter ego, yang muncul kalo penulis sudah di sekolah. Jadi penulis dulu di sekolah pendiem, gak suka nge-jokes, adem-ayem. Terus kalo udah dirumah, penulis bisa malu-maluin, cerewet, suka gombal. Tapi penulis tetep suka ketawa dan senyum kok dimanapun, ya meskipun beda kuatitas dikit sih.

Tapi makin lama kayaknya sekarang dimanapun penulis bisa malu-maluin. Ya mungkin karena makin kesini penulis makin lupaa atau lebih tepatnya gak bisa ngebedain mana yang namanya rumah, kos, tempat istirahat, tempat begadang, kampus, tempat nugas, dsb. Penulis juga makin lupa diri. (Ups!) Maksudnya penulis juga makin frontal, dimana-mana ya kayak begono-begono aja. Kalau dibilang makin supel lah, makin ceria, makin cerewet, makin suka nge-joke, makin aneh juga, makin malu-maluin, sih. Dua sisi penulis makin lama udah kayak gak ada sekat pelapis, hehe.

Seiring dengan itu semua, ada beberapa hal yang tentunya menguatkan penulis. Makin pekanya penulis dengan keadaan mengakibatkan makin pekanya penulis terhadap emosi. Ya, kayak penulis yang tiga hari nangis dalam diam, sesenggukan kalo gak ada yang lihat gara-gara ada sebuah konflik dengan teman dekat penulis. Saat ini malah penulis mikir kok bisa gitu ya? Terus kayak bulan-bulan belakang ini penulis tiba-tiba nari-nari gak jelas kayak orang gila sampai ketiduran, terus eh bangun-bangun penulis merasa hampa, gak enak makan, gak enak ngapa-ngapain, buka hape terus, ekspresi gitu-gitu aja. Kok aneh ya? Saat ini penulis heran kok aneh, hehe.

Lucu emang, yang lebih lucu lagi mungkin karena penulis orang yang suka memendam sendiri terus tiba-tiba lupa dan ilang gitu aja, kayak penulis yang keseringan lupa dimana penulis taruh kacamata. Tiba-tiba penulis jadi curhat gitu ke seorang cowok yang pakar soal percintaan, hehe. Temen SD penulis, dia sudah punya cewek, tenang! Penulis akhirnya dapat beberapa wejangan dan gak terlalu mikir masalah penulis kayak kemarin-kemarin. Lucu kan emang?!

Ya, saat ini, penulis yang telah menghabiskan waktu 20 menit untuk mencari kacamata penulis yang tadinya entah dimana merasa kebingungan sekaligus merasa lucu sekaligus merasa seneng sekaligus merasa heboh sama penulis yang sekarang. Mungkin ini bukan goals yang tercatat di buku tahunan penulis. Tapi penulis cukup bangga karena tahun 2016 adalah tahun super menantang bagi penulis. Yang artinya penulis harus me-manage dan lebih men-control sikap dan tentunya emosi lebih baik di tahun 2017 ini.

Lucu emang ya! Penulis mungkin orang katrok atau terlambat update soal yang kayak gini. Kayak misal ternyata udah banyak orang yang merasakan apa yang penulis rasakan sebelumnya. Well, gak apa-apa, sih! yang penting ini cerita asli, original dari penulis.

Oke udah dulu ya, bye :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soal ungkapan the sunset is beautiful, isn’t it

“senjanya indah, ya?” kata penulis menatap seorang laki-laki di samping penulis. kami sedang duduk di pinggir pantai dan menatap langit dengan semburat merah jingga yang sangat apik itu. rasa ingin menggapai senja tapi kami hanya berdiam disini karena senja selalu lebih indah dinikmati dari kejauhan. yang diajak bicara tak menanggapi apa-apa. Nihil dibalut kesunyian sore itu. Matahari enggan bertahan di angkasa lebih lama lagi, maka seiring itu pula keduanya pulang.  di atas motor yang mereka bawa, keduanya tak membuka satupun pembicaraan. mereka masih ikut terbenam dalam keindahan senja yang hampir gugur itu. alih-alih terhanyut, penulis malah memang berniat untuk tak menggubris perkataan yang nantinya akan keluar. alih-alih, ia memilih merenung dan menanyakan lagi pada dirinya sendiri dalam hati, “senjanya indah, ya?” tak ada satupun air mata yang keluar membasahi pipinya. meski ia lebih menginginkan itu daripada harus menahan pencernaannya yang tidak kunjung baikan selama 5 hari ata

Are u okay?

Halo semua, maaf penulis lama sekali meninggalkan blog ini. 2022, tahun yang telah berganti belum sempat penulis sapa. Rutinitas setahun terakhir benar-benar berulang secara cepat. Banyak hal yang terskip selain dari hal yang menjadi prioritas, kerja. Tapi ternyata setelah setahun ini, akhirnya penulis kembali ke blog ini karena suatu hal yang akhir-akhir ini sering kembali menghampiri. Mungkin fase yang secara cepat berjalan ternyata menimbulkan suatu dampak, bahwa disadari tidak semua ikut berjalan secara cepat dan disadari tidak semua baik untuk ikut berjalan secara cepat. Salah satu yang sering menghampiri selama setahun belakangan adalah rasa cemas. Perasaan cemas yang semakin lama semakin cepat datang. Sungguh tidak nyaman. 365 hari yang silih berganti hingga menjadi satu tahun. Satu hari yang berarti 24 jam, harus habis begitu saja dengan pekerjaan, bersosialisasi, me time  yang tak lain sebagai distraksi dari pekerjaan ( tragic ), berkabar pada sanak saudara dan kerabat terdeka