Langsung ke konten utama

[#2] Booster a.k.a Penggerak

Hai gengs,

Kembali lagi

Baiqlah..
Postingan ini adalah postingan ke 2 dari 3 postingan yang susah untuk diungkapkan dalam kehidupan nyata. Postingan ini berkaitan untuk seseorang secara personal, bukan banyak orang seperti sebelumnya. Dan sekali lagi, ini bukan sesuatu seperti love letter. Namun, ini adalah sebuah admiring dan rasa thanksful untuk seseorang yang telah memberikan coming-of age penulis lebih berarti.

Banyak orang yang menginspirasi penulis dan banyak orang menggerakkan penulis untuk berkembang lebih dalam masa coming-of-age yang berada di masa perkuliahan. Namun, sejauh ini -khususnya masa kuliah- ada 3 (tiga) lawan jenis atau laki-laki yang mampu menjadi penggerak penulis dalam berkembang. Tiga orang ini memiliki persamaan yang membuat perasaan penulis menjadi campur aduk. Bangga, senang, ceria, bersalah, takut, dan khawatir. Ketiganya sama-sama memberikan kepercayaan kepada penulis mengenai keprofesian. Sungguh berat, bagi penulis. Mereka adalah orang-orang yang secara tidak langsung membuat penulis semakin dalam dikeprofesian ini. Menyelami atau terjebak merupakan perasaan yang bertolak belakang namun sering kali dialami oleh penulis.

Satu diantaranya adalah ayah penulis. Tentu saja, number 1. Yang pertama kali memberikan penulis pilihan untuk menyelami dunia keprofesian ini. Sedangkan, dua diantara lainnya adalah sama-sama kebanggaan Planologi, jurusan penulis sekarang. Orang-orang -yang menurut penulis- mencoba terus optimal dalam setiap waktunya. Orang-orang yang selalu memiliki ide dan inspirasi dalam hal yang beragam. Membuat takjub sekaligus membanggakan bagi sekitarnya dan segudang prestasi. Satu diantara dua ini, penulis baru merasakan dampak di tahun terakhir. Dan satunya lagi adalah yang akan penulis ceritakan dalam post ini.

Orang ini belum pernah penulis temukan dalam kehidupan penulis, dari sifatnya mungkin. Hal ini mungkin juga disertai dengan penulis bukan orang yang mencari sebanyak banyaknya teman. Pertemanan penulis dengan dia sudah 4 tahun, dimana ketika itu penulis dan dia berada pada grup yang sama saat ospek jurusan dimulai. Namun itu tak membuat penulis dan dia langsung berteman, hanya saja intensitas bertemu yang meningkat.

Selanjutnya ketika pembukaan pendaftaran organisasi, penulis mendaftar organisasi yang sama dengan dia, meski tidak janjian sebelumnya. Dari organisasi itu mungkin penulis dengan dia menjadi berteman dekat. Mungkin ini disertai dengan cara penerimaan anggota baru organisasi yang sangat membutuhkan kekeluargaan.

Penulis tidak tahu sebelumnya bahwa dia adalah orang yang selalu berinisiatif. Penulis sebenarnya juga lupa pertama kali bagaimana dia berinisiatif mengajak penulis untuk ikut berkecimpung dalam kegiatan bidang keprofesian, khususnya keilmiahan. Dari situ, di lain sisi, frekuensi bertemu yang meningkat membuat rumor bertebaran di angkatan. Penulis yang tidak terbiasa justru menghindari hal-hal yang semakin menguatkan rumor. Salah satunya mengurangi frekuensi bertemu. Penulis dulu gampang sekali terpengaruh dengan perkataan orang, yang hanya bisa memandang dari sebelah mata mereka. Berkurangnya frekuensi bertemu ternyata tidak dapat mengurangi apa yang orang lain pandang. Jika sudah di cap, maka akan di cap (kata orang-orang sosial). Jadi tidak mungkin kan apabila sengaja membuat diri sendiri jahat demi dia merasa penulis tidak cukup baik untuk diajak berteman? Oops! Mungkin secara tidak langsung, perkataan orang-orang dalam lingkar sosial penulis seakan membujuk penulis melakukan itu (tentu demi tujuan membuat rumor mereda).

Dan hebatnya penulis juga baru tau, dia adalah orang yang benar-benar berbicara 'to the point' dalam hal baik maupun tidak, seperti pada suatu kesempatan dia menanyakan kenapa penulis 'berbeda' (konotasi negatif) saat membalas chat ke teman lain dengan ke dia.. Seperti pion yang sedang menyerang, setelah kejadian itu penulis lebih berhati-hati untuk mengutarakan bahasa dan gaya penulisan penulis. Dan tidak lagi bersikap seperti yang dimaksud -jutek- dalam chat.

Banyak kegiatan dengan dia saat itu membuat sifat penulis berceceran keluar secara tidak sengaja. Salah satunya adalah sifat-sifat pemalas, egois, tidak bertanggung jawab, dan ketidaknyamanan (harus diakui, pilihan pwk merupakan suatu pilihan untuk keluar dari zona aman dan artinya adalah ketidaknyamanan selalu datang seringkali). Mungkin akhirnya dia menyadari itu. Bagaimana tim-tim yang dibentuk bersama penulis seringkali tidak istiqomah, dan penyebab terbesarnya adalah penulis (dari kacamata penulis juga, umumnya karena sifat-sifat penulis yang telah disebutkan). Namun anehnya.. bagaimana juga.. bagaimana bisa gugurnya tim-tim yang tidak istiqomah itu ternyata tidak membuat dia menyerah. Mungkin sedikit. Tetapi apa yang penulis rasakan.. bagaimana dia bisa mempercayakan hal itu lagi pada penulis? Mengajak satu tim lagi? Mengajak ikut organisasi atau komunitas lagi? Mengajak diskusi lagi?

Bagaimana bisa ketika kamu adalah sumber masalah yang terus berulang, namun seseorang tetap mempercayakan padamu?

#Ada ya ternyata orang seperti itu.

Kegiatan yang dia lakukan seringkali membuat penulis tertampar. Apakah penulis orang yang cukup baik berada dalam lingkar pertemanannya? Apakah terkualifikasi dengan baik?

Akhir tahun ketiga dan awal tahun terakhir seringkali menyadarkan penulis untuk merangkum semua yang dia beri dan penulis dapatkan. Terlalu terlambat untuk menyadari semua sepertinya, pikir penulis. Tetapi ternyata tidak begitu. Dia bukan orang yang seperti itu, dia justru menggerakkan penulis lagi dan lagi. Hingga penulis mencoba diri untuk mengikuti arus, mencoba mengupayakan semua yang penulis dapat, dan lebih bertanggung jawab. Hingga penulis lebih jauh untuk meninggalkan zona nyaman.

Meski, hal ini tidak mengalir begitu saja. Ketegangan diantara penulis dan dia tentu saja ada (bahkan sepertinya baru-baru ini berakhir), tetapi itu tidak dapat membuat penulis berpaling bahwa dia adalah orang terbaik di lingkar pertemanan penulis yang dapat dijadikan sebuah inspirasi, panutan, refleksi, kebanggaan.

Penulis yakin dia akan menjadi orang yang sangat-sangat berpengaruh, selalu menginspirasi, dan membuat orang-orang bangga. Let see!

Nb: Penulis sebenarnya berani menyebutkan namanya, karena penulis yakin dia tidak akan membaca post ini. But, rumour still has it though.

So, I choose safe.

Komentar

  1. Lagi2 author menjudge dirinya sumber masalah, emang kenapa sih thor??

    BalasHapus
  2. sepertinya saya tau itu siapa ya ,,, #ups .. kasih inisial apa ya? :P enaknya gimana nih ? :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Buat mbak, mas, kakak, adik, bapak, ibu, bude, tante, paman, pakle', saudara-saudari silahkan suaranya ditulis :)
No Junk loo ya!! Salam damai :)

Postingan populer dari blog ini

Soal ungkapan the sunset is beautiful, isn’t it

“senjanya indah, ya?” kata penulis menatap seorang laki-laki di samping penulis. kami sedang duduk di pinggir pantai dan menatap langit dengan semburat merah jingga yang sangat apik itu. rasa ingin menggapai senja tapi kami hanya berdiam disini karena senja selalu lebih indah dinikmati dari kejauhan. yang diajak bicara tak menanggapi apa-apa. Nihil dibalut kesunyian sore itu. Matahari enggan bertahan di angkasa lebih lama lagi, maka seiring itu pula keduanya pulang.  di atas motor yang mereka bawa, keduanya tak membuka satupun pembicaraan. mereka masih ikut terbenam dalam keindahan senja yang hampir gugur itu. alih-alih terhanyut, penulis malah memang berniat untuk tak menggubris perkataan yang nantinya akan keluar. alih-alih, ia memilih merenung dan menanyakan lagi pada dirinya sendiri dalam hati, “senjanya indah, ya?” tak ada satupun air mata yang keluar membasahi pipinya. meski ia lebih menginginkan itu daripada harus menahan pencernaannya yang tidak kunjung baikan selama 5 hari ata

Are u okay?

Halo semua, maaf penulis lama sekali meninggalkan blog ini. 2022, tahun yang telah berganti belum sempat penulis sapa. Rutinitas setahun terakhir benar-benar berulang secara cepat. Banyak hal yang terskip selain dari hal yang menjadi prioritas, kerja. Tapi ternyata setelah setahun ini, akhirnya penulis kembali ke blog ini karena suatu hal yang akhir-akhir ini sering kembali menghampiri. Mungkin fase yang secara cepat berjalan ternyata menimbulkan suatu dampak, bahwa disadari tidak semua ikut berjalan secara cepat dan disadari tidak semua baik untuk ikut berjalan secara cepat. Salah satu yang sering menghampiri selama setahun belakangan adalah rasa cemas. Perasaan cemas yang semakin lama semakin cepat datang. Sungguh tidak nyaman. 365 hari yang silih berganti hingga menjadi satu tahun. Satu hari yang berarti 24 jam, harus habis begitu saja dengan pekerjaan, bersosialisasi, me time  yang tak lain sebagai distraksi dari pekerjaan ( tragic ), berkabar pada sanak saudara dan kerabat terdeka