Langsung ke konten utama

2019 RECAP: How Sigrid's Song Describe Me So Well (Part 2/2)

Hi gengs, ga tau kenapa nulis postingan ini berasa lama banget. Sebenarnya penulis sudah merasa ini out of date, tapi ya bagaimana lagi. Tulisan ini cukup lama nangkring di draft penulis. Gatel kalo ga di publish. Tinggal 2 poin sih sebenernya yang belum diselesaikan, tapi ya begitu, penulis merasa belum ada waktu yang pas untuk melanjutkannya. Baiklah, mari kita selesaikan.


#Ayo penulis, kelamaan nih
Iya bener, kelamaan. Penulis juga ga sabar
Mengingat ini juga rewind, jadi perlu mengingat masa lalu gitu ga sih. Sabar otak penulis masih loading.

#Yokkk, lanjutt~



Back to 2019
Oke, jadi masih sama seperti part 1, part 2 ini menceritakan personal penulis dari segi pencapaian emosional, jadi lebih ke lika-liku perasaan, emosi, persepsi penulis tentang kehidupan di tahun 2019.
Biar ingat lagi, highlight perasaan, emosi, dan persepsi penulis itu dituangkan dalam lagu-lagu yang ada di tracklist album Sucker Punch milik Sigrid, salah satu penyanyi favorit yang lagunya penulis putar ulang terus dan klop banget sama suasana hati penulis tahun kemarin. Biar seru dan ga bosen sama curhatan penulis, ehehe.

Kemarin udah 6 bulan yang dibahas, yuk sekarang mulai dari bulan Juli.
Juli kemarin lumayan bikin deg-deg an abis. Juni yang ternyata tidak baik-baik saja juga menyerempet pada bulan Juli. Kalau Juni masalah pertemanan, Juli juga begitu. Tetapi, yang ini terjadi karena kelalaian penulis. Harusnya penulis tidak bertindak sejauh itu dan wajar saja kalau teman penulis ini mengalaminya. Seharusnya lagi, penulis tidak memikirkan diri sendiri. Ada orang yang penulis ajak untuk berkelana, lawan bicara, berdiskusi dan harusnya penulis juga memikirkan bagaimana berada di posisi dia. Tapi penulis tak tau diri dan cukup egois karena tidak memberikan dia ruang. Jadi, dia harus memikulnya sendiri atau bahkan mungkin membuang ruang itu.
Not like in the movies
Our story's after the end
Hari-hari berikutnya, yang penulis ingat, dia sudah jauh dari jangkauan penulis. Berkelana sendirian tanpa pamit pada teman-temannya termasuk penulis. Mencari ruangnya yang baru lagi mungkin. Dan saat itu, penulis seperti berada di puncak yang lebih puncak, seakan penulis adalah kutub yang berlawanan dengan teman-teman penulis, lagi-lagi penulis kehilangan.

Parahnya, kita malah seperti ...
Like strangers
Perfect pretenders
We're falling head over heels
For something that ain't real
It could never be us, eh
Just you and I
Sebelas-12 cerita penulis sama interpretasi Sigrid tentang lagu Strangers. Sigrid menceritakan lagu ini tentang bagaimana cara berfikir anak muda dalam suatu hubungan, mereka pasti bener-bener merasa hubungan mereka sangat sempurna, tapi setelah ada suatu masalah ya mereka bakal menjadi strangers dan semua yang mereka lakukan hanya tinggal kenangan.

Setelah penulis pikir-pikir lagi, agak jauh sih cerita penulis dan Sigrid, HAHAHA. Penulis memiliki hubungan sebagai teman tapi memang ada sesuatu yang menjadikan kita sangat jauh. Ya begitulah kira-kira.
Beralih dari perasaan personal penulis pada seseorang. Bulan Agustus akan berbicara mengenai rasa emosional penulis di kantor. Suasana kantor yang tak lagi seperti awal pertama penulis menceritakan di part 1 bagian sucker punch. Kali ini suasananya semakin memburuk. Ini terjadi karena penulis dihadapkan pada keputusan yang cukup sulit. Posisi penulis saat itu sebenarnya tidak berada di titik krusial yang mengharuskan penulis ikut ke suatu tempat, tapi menjadi runyam karena paksaan berasal dari atasan cukup tidak rasional. Saat itu entah mengapa penulis tidak ingin menjadi runyam dan memilih tidak pergi, namun kenyataannya sudah runyam. Akhirnya penulis pergi. Begitulah kira-kira sedikit cuplikan dari sesuatu yang ingin dilupakan.
    I don't know, seems crazy how we got this far
    There's something 'bout you that felt pretty good
    That I can't see anymore
Liriknya sama banget kan kayak kondisi kantor waktu itu. Ditambah, penulis benar-benar tidak ingin pergi ke tempat itu kalau tidak ada persiapan yang cukup, niat yang salah, tidak fokus pada tujuan, benar-benar tidak ingin melakukan itu semua dengan sia-sia.
So don't you stay if you don't mean it
If you don't feel it and just f**k me up again
Please walk away, and we'll just leave it
Or were you thinkin' I would give my heart in vain?
I won't give my heart in vain, in vain
Tapi di bulan Agustus ini tidak semuanya menjadi sia-sia, justru sebenarnya bulan Agustus menjadi langkah awal penulis untuk lebih berani berpendapat dan menentukan sikap, lebih tegas pada diri sendiri dan lebih tegas dalam memilih kepentingan orang banyak, lebih mengikuti apa yang hati nurani sampaikan dan yang didukung juga dengan alam. Tetapi tetap tidak menggebu-gebu dan adakalanya juga mati rasa. Justru bulan ini sebagai bulan awal untuk menjadikan penulis lebih 'manusia'.
So maybe, if we don't have any friends, we could not be that much hurt. Kalimat itu sempat ada di dalam pikiran penulis terus menerus dalam beberapa minggu, dalam beberapa bulan belakangan.

Sudah, jangan terlalu dekat dengan temanmu.

Sempat seperti itu. Sedih rasanya apabila diingat-ingat. Berteman sama saja menanamkan sebuah ekspektasi, meskipun kecil. Justru mungkin bukan orang atau temanmu, tapi ekspektasimu. Ekspektasimu bisa saja berlebihan dan yang menanggung harusnya kamu, bukan orang itu.

Diantara beberapa teman penulis, penulis ingat ada seseorang yang sudah disinggung di part 1. Penulis secara tidak sadar sudah menaruh ekspektasi yang sangat besar. Ekspektasi yang harusnya tidak diberikan kepada orang lain yang belum tentu akan menerimanya. Dia mungkin tidak mengetahui ternyata ada seseorang yang meletakkan ekspektasi untuknya. Tapi itu baik begitu, karena belum terlambat untuk mengambil ekspektasi itu lalu pergi diam-diam. Penulis rasa memang sudah saatnya meletakkan ekspektasi itu dalam diri penulis lagi, lalu pergi. Penulis bukan menyerah, tetapi realistis saja, apakah penulis mau kehilangan seseorang lagi.
I don't wanna lose a friend
But you make it hard to feel okay
For you, for you do anything
But I don’t want a bitter end
Yeah, I don't want to lose a friend
Kalau cerita Sigrid, lagu Never Mine tentang dia yang minta balikan sama mantan pacarnya, tapi dia paham ga bisa dipaksakan. Singkatnya seperti itu, beda banget sih sama penulis. Sigrid kan menaruh hatinya (apaan si), kalau penulis menaruh ekspektasi... #dan hati? eh 🙉. Dah itu penulis mundurr ahahah.

Reff lagu ini selalu terngiang-ngiang sampai detik ini. Setiap suasana jadi seperti symphony-nya Beethoven yang 'spring' (googling aja kayak apa hahah atau lihat anime kesukaan penulis 'nodame cantabile': link di menit 1:26 dijelaskan), penulis buru-buru menyanyikan reff lagu ini hihihi.

#Reff nya apa penulis?
Hm..
Dengerin sendiri~
Lanjut,
Dari bulan ini sebenarnya penulis mulai intens mendengarkan lagu-lagu di album sucker punch. Di bulan ini juga permasalahan kantor semakin runyam. Sepertinya tidak banyak yang bisa dilakukan untuk mengubah. Meski sudah pernah dicoba beberapa kali, namun kali ini penulis memilih untuk diam atau mungkin mematikan rasa. Sulit sih sebenarnya menerima seperti ini, hal yang bertentangan dengan apa yang kita anggap benar. Penulis kemudian berfikir kalau tidak selamanya kita bisa mengubah seseorang. Apalagi yang melibarkan sebuah mindset, maka seseorang itu akan sangat sulit diubah, kecuali dirinya sendiri yang bergerak untuk mengubah. Tapi juga penulis tidak ingin selamanya seperti ini, merasa mengerjakan apa yang tidak ingin lakukan dan bukan gaya penulis sama sekali.

You shut me down, you like the control
You speak to me like I'm a child
Try to hold it down, I know the answer
I can't shake it off and you feel threatened by me
Di bulan yang runyam ini, penulis tidak boleh terus berfokus pada masalah yang ada. Kalau begitu, penulis tidak bisa menjadi versi terbaik penulis pada akhirnya. Maka dari itu, penulis harus mencari jalan keluarnya sendiri, tanpa harus eyel-eyel-an dengan kantor. Penulis juga sebaiknya mencari apa yang tersisa dan harus bisa diselamatkan dalam diri penulis.

Penulis masih ingat bulan Oktober penulis memilih untuk ke Surabaya sebelum menuju kampung halaman. Vibes-nya seketika berubah saat bertemu teman-teman satu angkatan dan berdiskusi soal planner walaupun hanya sebentar. Shout out to Desy, Zia, dan Naomi! Mereka menjadi tempat penulis bersinggah dan penulis merasa berharga di kala mereka sangat sibuk dengan kerjaannya, mereka juga sangat menyempatkan waktunya untuk penulis.

Berdiskusi apa yang menjadi passion-mu selalu menjadi hal yang jauh lebih tinggi dan spesial. (Meski sebenarnya tidak harus jauh-jauh ke Surabaya untuk menemukan orang yang bisa diajak berdiskusi, tapi ya begitu, pengecualian karena saat itu sangat runyam disana). Itu baik untuk mengembalikan motivasimu dan apa tujuanmu (termasuk di kantor). I find myself again, thanks to everyone who involved! It was so nice sebagai salah satu cara healing yang keren kayak lirik lagu ini..

I tried to play it nice, but oh
Oh, ooh-ooh, don't kill my vibe
Oh, ooh-ooh, don't break my stride
Sebelas dua belas dengan cerita penulis, cerita Sigrid menghadapi karir di industri musiknya juga seperti itu. Beberapa hal, Sigrid juga tegas dalam menentukan apa yang dia inginkan di musik dan karirnya. Itu sangat menginspirasi penulis.


Bulan oktober sebenarnya bukan soal ini saja. Kejadian yang memorable lainnya adalah saat ngebut-ngebutan dengan ojek online untuk sampai di bandara Soekarno Hatta dari stasiun Gambir. Ternyata percuma, karena sudah ketinggalan pesawat. Di tambah dua kali kejadian salah memilih tanggal untuk booking pesawat. Pas mau pesan lagi untuk penerbangan di hari yang sama ternyata sudah habis, ya akhirnya harus berada di waiting list dan berebut antrian bersama penumpang yang lain. Kebayang juga ga gimana rasanya lari-larian dari tempat check-in ke gate selama 5 menit doang. Waw, that was so wonderful 😑

Ya, begitulah. Hingga akhirnya lagu Sight of You dimainkan. Penulis jadi bersemangat kembali.
Just the sight of you is getting the best out of me
Masih nyambung sama bulan september. Ya gitu, meski udah menanamkan di dalam pikiran tapi ya gimana, masih uring-uringan sampai akhir bulan November (sampai awal Desember juga sih). Jadi bulan ini mungkin bulan dimana penulis menanamkan rasa ikhlas juga. Penulis tidak ujug-ujug memaksa pikiran penulis mengikuti akal penulis, tapi ada beberapa yang sudah penulis usahakan juga saat itu. Ada titik dimana penulis harus mengikhlaskan saja. Waktu itu kalau diingat penulis sudah memberikan sesuatu yang harusnya memancing reaksi dia, dimana penulis menanyakan 'apakah dia membaca ini semua' #apaan? ya ini semua. Reaksinya mematahkan apa yang harus penulis utarakan. Reaksinya sangat ilmiah, terlalu pragmatis dan ilmiah dibandingkan penulis yang lebih imajinatif dan kadang tidak menggunakan logika. Rasanya seakan penulis masuk jalan buntu, artinya tidak ada harapan maju, kecuali mundur perlahan, seperti lirik lagu ini..
Then I ruin the moment 'cause I picture the end
But I don't wanna go there, so I tell myself that
Ya sudah kalau begitu. Tidak apa-apa, ini belum terlambat 😊
Hey, it's alright if we don't end up together
'Cause you’re mine right now
Kamu masih punya dirimu sendiri 😊

Sigrid tidak menceritakan banyak tentang lagu ini. Dia hanya menjelaskan kalau lagu ini dibuat agar apabila orang-orang mendengar ini dapat bahagia dan keluar konser juga dengan bahagia. Lain halnya dengan penulis yang bercerita kalau setidaknya penulis dan dia bahagia dengan jalannya masing-masing.

#Ululululu alay
Males wis

#eh, lanjut dong penulis
Okay
Meski Desember merupakan bulan terakhir di tahun 2019, tapi bukan berarti Desember juga menjadi cerita terakhir dari keseluruhan perjalanan penulis. Masih ada Januari yang ternyata lebih gilaa daripada Desember. WOoops!

Tapi bulan Desember memberi sebuah pembelajaran baru. Kalau setiap kejadian yang berkesan diberi patok bendera, mungkin di bulan ini juga ada patok bendera untuk penulis. Bulan ini menjadi sangat istimewa karena setelah apa yang penulis alami di tahun 2019, penulis setidaknya belum terlambat unutk tegas pada diri sendiri di bulan ini. Cerita penulis sangat cocok dengan lagu Sigrid yang berjudul level up, dimana pikiran penulis benar-benar seperti ini.. 
Last week, I, I had too much clutter in my mind
Wasted so much of our precious time
I swear it scared me
Yes, it's true, I didn't hold you like I wanted to

Bulan-bulan sebelumnya penulis masih bisa menggenggam pekerjaan penulis. Tapi ternyata apa yang sesuai passion penulis tidak berjalan sebanding dengan apa yang penulis anggap sia-sia. Penulis harusnya bisa melakukan lebih dari ini. Menggali passion penulis lebih dari ini. Mungkin bukan kemarin waktu yang tepat, mungkin bukan dua minggu lalu waktu yang tepat. Tetapi mungkin bulan Desember, hari itu adalah waktu yang tepat.

Setelah mengalami gejolak emosional dan kemudian berhasil dipadamkan. Beberapa hari setelah perasaannya netral kembali, barulah penulis membicarakan hal ini ke atasan penulis. Alhamdulillah, atasan penulis menerima. Perasaan penulis saat itu ingin berteriak dan berlari sekencang mungkin, lalu terbang.

'Cause when we get through the struggle
That's when we level up
Berbeda dengan cerita penulis, Sigrid menuliskan lagu ini tentang seorang pasangan yang tidak bisa melanjutkan hubungan mereka karena banyaknya perselisihan. Tapi dalam wawancara, Sigrid menambahkan lagu ini bukan cuma tentang pasangan, tapi tentang pertemanan atau hal apapun yang sesuai. Ya, penulis memilih lagu ini soal hubungan penulis dengan diri penulis. hehe.

Oke,

Terima kasih untuk semua orang yang terlibat di tahun 2020. Kalian semua benar-benar sangat membantu penulis untuk berkembang dan belajar lagi. 2020 mungkin lebih buruk daripada 2019, lebih rumit daripada 2019 tapi di 2020 juga mengajarkan penulis untuk menjadi orang yang lebih berani menyuarakan hati nurani, orang yang lebih menerima dan memanajemen apa yang penulis mau, dan beberapa saat meskipun pahit tapi itu adalah hal yang terbaik untuk menjadikan penulis lebih manusia dari yang sebelumnya.

#jadi, balik ke lagu. Diantara semua lagu Sigrid, lagu manakah favorit penulis saat ini apa?
Terlepas dari album sucker punch, penulis akan memilih lagu schedules.

Kenapa?
Karena ternyata sampai saat ini melepaskan seseorang itu sulit. Walaupun hingga sekarang kamu tidak menaruh ekspektasi apapun padanya, tapi hal yang tidak bisa berubah adalah waktu kamu untuk orang itu. Meluangkan waktu meskipun sedikit itu sangat berharga. Bukan hanya untuk orang terdekat, tapi untuk teman, keluarga, sahabat, dan siapapun yang menurutmu berharga. Lirik yang penulis suka di lagu ini kayak gini..
I know that my schedule is f**ked up
But, baby, you know you're the same
#that's cute
Ya, I kno-

Bye, 2019 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soal ungkapan the sunset is beautiful, isn’t it

“senjanya indah, ya?” kata penulis menatap seorang laki-laki di samping penulis. kami sedang duduk di pinggir pantai dan menatap langit dengan semburat merah jingga yang sangat apik itu. rasa ingin menggapai senja tapi kami hanya berdiam disini karena senja selalu lebih indah dinikmati dari kejauhan. yang diajak bicara tak menanggapi apa-apa. Nihil dibalut kesunyian sore itu. Matahari enggan bertahan di angkasa lebih lama lagi, maka seiring itu pula keduanya pulang.  di atas motor yang mereka bawa, keduanya tak membuka satupun pembicaraan. mereka masih ikut terbenam dalam keindahan senja yang hampir gugur itu. alih-alih terhanyut, penulis malah memang berniat untuk tak menggubris perkataan yang nantinya akan keluar. alih-alih, ia memilih merenung dan menanyakan lagi pada dirinya sendiri dalam hati, “senjanya indah, ya?” tak ada satupun air mata yang keluar membasahi pipinya. meski ia lebih menginginkan itu daripada harus menahan pencernaannya yang tidak kunjung baikan selama 5 hari ata

Are u okay?

Halo semua, maaf penulis lama sekali meninggalkan blog ini. 2022, tahun yang telah berganti belum sempat penulis sapa. Rutinitas setahun terakhir benar-benar berulang secara cepat. Banyak hal yang terskip selain dari hal yang menjadi prioritas, kerja. Tapi ternyata setelah setahun ini, akhirnya penulis kembali ke blog ini karena suatu hal yang akhir-akhir ini sering kembali menghampiri. Mungkin fase yang secara cepat berjalan ternyata menimbulkan suatu dampak, bahwa disadari tidak semua ikut berjalan secara cepat dan disadari tidak semua baik untuk ikut berjalan secara cepat. Salah satu yang sering menghampiri selama setahun belakangan adalah rasa cemas. Perasaan cemas yang semakin lama semakin cepat datang. Sungguh tidak nyaman. 365 hari yang silih berganti hingga menjadi satu tahun. Satu hari yang berarti 24 jam, harus habis begitu saja dengan pekerjaan, bersosialisasi, me time  yang tak lain sebagai distraksi dari pekerjaan ( tragic ), berkabar pada sanak saudara dan kerabat terdeka