Langsung ke konten utama

Update-update daripada gak apdet

Haloo moonwalker~

Penulis sudah lama tidak posting sesuatu ya. Tapi sejujurnya penulis juga tidak tau mau posting apa. Hari-hari penulis bukannya tidak menarik, tapi masih belum ada pencapaian yang berarti akhir-akhir ini. Semua masih dalam proses pembuktian diri.

Bener ternyata, self quarantine atau di rumah aja gini bikin penulis sering refleksi diri

Jadi, mungkin... setidaknya penulis juga akan cerita proses apa yang sedang penulis jalani akhir-akhir ini.
Boleh lah ya?

Mari kita mulai dari bulan Mei tahun 2020, dimana penulis mulai merencanakan semuanya. Bukan rencana baru, tapi rencana yang lebih rasional lagi. Sebelumnya memang penulis selalu membuat rencana, tetapi rencana yang penulis buat adalah rencana dengan penuh optimis, malah terlihat seperti rencana mission impossible. Bukan impossible secara harfiah, tapi impossible seperti kejadian yang ada di filmnya. Misinya selalu sukses meskipun dinamakan 'mission impossible'.

Kali ini, misi terbesarnya adalah membuktikan pada diri sendiri. Ada 3 yang penulis ingin buktikan pada diri sendiri, yaitu pertama membuktikan sendiri kalo penulis cukup disiplin. Yang kedua, membuktikan pada diri sendiri kalau penulis bisa menahan diri, dan yang ketiga membuktikan pada diri sendiri penulis sisi kreatif penulis tidak pernah sia-sia.

Mari penulis jabarkan...


Pertama, 'membuktikan sendiri kalau penulis cukup disiplin'
Penulis tau diri kalau penulis tidak bisa disiplin. atau selalu tidak disiplin. Memang tidak bisa. Alasannya karena penulis punya karakter spontanitas yang tinggi. Karakter itu yang selalu mengusik penulis untuk melakukan apa yang penulis pikirkan saat itu juga. Kadang sampai membuat rutinitas penulis kacau. Atau rencana penulis yang penulis buat sedetail mungkin pada awalnya menjadi sesuatu yang impossible secara harfiah. Begitulah kurang lebih apabila kita terlalu mencerna sebuah karakter mentah-mentah.

Maka dari itu, penulis menulis kata 'cukup' di awal. Penulis ingin tetap mempertahankan sifat spontanitas, karena itu keren dan membuat penulis merasa hidup lebih menantang. Tapi, penulis lagi-lagi harus tau diri, karena tidak semua tentang penulis. Sikap spontanitas yang kadang mempengaruhi kedisiplinan penulis bukan hanya berefek kepada penulis, tetapi bisa jadi juga mengganggu orang lain. Contohnya menunda-nuda pekerjaan dikarenakan ada kesibukan yang ternyata mendadak berdasarkan pikiran kita. Padahal di jadwal awal kita pun tidak ada kegiatan itu, tetapi semangat sedang memburu dan sayang sekali dilewatkan. Sehingga menjadi tidak adil pada orang yang telah meluangkan waktu untuk kita. Tentu ada pengecualiannya, tapi tidak lantas penulis boleh terus terusan seperti itu.

Penulis berkaca pada pengalaman yang lalu, penulis sering merasa menunda-nunda, suka membatalkan janji, tidak disiplin pokoknya. Meskipun kalimat maaf sudah sering terucap dan mungkin orang lain juga tidak apa-apa dan bahkan tidak masalah dengan penulis. Tetapi rasanya kalau kita sudah buktikan kepada orang lain untuk tepat waktu, mengerjakan dengan tim tepat waktu namun tetap abai pada diri sendiri, penulis yakin hal itu tidak akan berakhir lama. Pada akhirnya penulis akan mengulanginya lagi, karena niatnya bisa jadi bukan untuk diri sendiri tetapi untuk tidak merasa sungkan dan tidak enak hati kepada orang lain. Selama penulis tidak suka dengan rutinitas dan masih menunda-nunda pekerjaan meskipun bukan orang lain yang dirugikan, selama itu juga menunda-nuda pekerja dan tidak disiplin dapat datang sewaktu-waktu ke dalam diri penulis. Jadi, penulis harus membuktikan pada diri sendiri dulu, penulis mengerjakan rutinitas, tepat waktu, tanpa menunda-nunda meskipun hanya penulis yang melakukannya. meskipun hanya untuk penulis sendiri. Akhirnya, tidak ada lagi perbedaan yang berarti/timpang antara pekerjaan diri sendiri dan pekerjaan dengan orang lain selagi kita cukup disiplin.

Yang kedua, 'membuktikan pada diri sendiri kalau penulis bisa menahan diri.'
Menahan diri dari apa? Dari ide penulis yang tidak ada habis-habisnya. Kadang penulis merasa otak penulis berfikir lebih cepat daripada apa yang penulis kerjakan saat ini. Mempunyai banyak ide tidak berarti kita menjadi orang yang kaya sekalipun. Penulis pernah baca quotes itu tapi lupa baca dimana. Otak penulis bekerja terus menerus tanpa kenal lelah, bahkan untuk sesuatu yang mampu penulis realisasikan atau sesuatu yang sangat imajinatif. Tidak sedikit dari waktu penulis untuk berpikir bagaimana cara merealisasikan semua ide itu. Bagaimana cara cepat memanfaatkan ide ini agar tidak sia-sia. Bagaimana cara menuangkan ide ini. Bagaimana dan bagaimana. Pertanyaan itu yang selalu mengawali langkah penulis ke tahap emosional. Tahap emosional adalah ketika penulis merasa optimis, menggebu-gebu, dan yang paling penting tidak sabar melihat hasil yang penulis dapatkan. Sebenarnya wajar, karena yang instan lebih menarik daripada yang bersusah payah terlebih dahulu. Dan ketika itu, penulis mulai melihat diri penulis seperti seekor kelinci, yang melompat-lompat tanpa berhasil sampai pada tujuannya. Terlalu bersemangat dan menggebu-gebu di awal tapi tidak pernah konsisten sampai akhir. Selalu menyerah terlebih dahulu, padahal hasilnya sudah hampir terlihat. Tidak tahan dengan perjalanan yang jauh, hanya menginginkan bisa istirahat dengan nyaman sambil terus menghasilkan ide-ide lain. Hingga penulis bisa merasakan bahwa tingkat halu penulis tidak lagi membanggakan jika tanpa sisi konsisten. 

Jadi penulis memutuskan untuk menahan diri dan berfikir rasional kalau satu hari hanya 24 jam. Tidak semua penulis kerahkan untuk menuangkan ide, tetapi penulis juga harus istiqomah dalam berusaha agar menjadi berkelanjutan. Bukan bermaksud untuk membatasi diri mengeluarkan ide-ide lain, tetapi penulis yakin pikiran kita dapat kita atur. Maka dari itu pikirkan satu ide yang ingin di realisasikan dan biarkan otak kita tetap bekerja untuk mengembangkan ide itu. Tuangkan satu persatu sampai mendapat suatu hasil. Seperti penulis saat ini, menahan diri penulis untuk mengeluarkan 'wajah' penulis yang lain dengan menetapkan 'wajah' penulis yang kreatif di bulan ini dan bulan depan. Hasilnya tentu sebuah karya penulis.

Terakhir, 'membuktikan pada diri sendiri penulis sisi kreatif penulis tidak pernah sia-sia.'
Poin 1, 2, 3 tentu saja saling berkaitan. Poin terakhir ini cukup emosional bagi penulis. Berawal dari salah satu quotes BJ Habibie yang selalu penulis ingat
"Apabila kamu sudah memutuskan menekuni suatu bidang, jadilah orang yang konsisten. Itu adalah kunci keberhasilan yang sebenarnya."
Penulis sudah memutuskan untuk menekuni suatu bidang dan berusaha untuk konsisten sejak kuliah. Planologi. Tetapi penulis masih merasa ada sesuatu lain yang penulis bisa lakukan dengan effortless, mungkin karena bakat dari kakek penulis. Sesuatu yang selalu menyenangkan untuk dilakukan. Sesuatu yang sering menarik imajinasi penulis, kapanpun dan dimanapun. Sesuatu yang terkadang membayangi pikiran penulis. Namun kenyataannya, penulis selalu takut untuk merealisasikannya. Karena untuk merealisasikan tidak cukup dalam sehari, tidak juga satu hari dua hari. Ada fokus pikiran dan mood yang juga harus di atur. Penulis takut kalau meskipun awalnya penulis merasa siap dan mengandalkan prinsip coba dulu, penulis takut pada akhirnya berhenti di tengah jalan dan meninggalkan semua itu. Penulis takut mengecewakan diri sendiri. Saat penulis meninggalkan semua itu dan berbalik untuk melakukannya lagi, penulis belum tentu bisa, karena sesuatu itu adalah kebanggaan penulis hingga saat ini. 

Sisi kreatif penulis yang tidak boleh sia-sia dan selalu menjadi kebanggaan penulis adalah menulis cerita fiksi, baik itu cerita pendek ataupun novel. Bagaimanapun, pikiran penulis sudah memproduksi 3 alur novel fiksi yang runtut dan belum pernah penulis tulis sama sekali. Itu adalah alur cerita yang penulis selalu ingat dan terbayang dimanapun dan kapanpun. Tiga alur itu juga sebenernya sudah berkurang, sudah lupa, dulu mungkin ada 5 alur cerita. Bulan ini penulis telah memutuskan untuk kembali menulis cerita fiksi. Setelah sekian lama tidak menulis bukan menjadi hal yang mudah untuk menulis lagi. Menulis blog bisa dibilang hanya menyalurkan pikiran spontan penulis dan sesekali meredakan rindu akan menulis cerita fiksi. Saat ini penulis sudah memulainya, penulis tidak boleh berhenti sebelum penulis mencapai ending.


Tiga poin itu tidak serta merta penulis lakukan bersama-sama. Ada beberapa hal yang harus dicapai dahulu sebelum menambahkan hal yang lainnya. Seperti awal-awal penulis tentu beradaptasi terlebih dahulu dengan membuat rutinitas pagi hari. Konsisten untuk minum setelah bangun tidur, kemudian olahraga. Setelah itu konsisten untuk mandi pagi meskipun tidak ada acara apapun atau hanya di rumah. Bangun sepagi mungkin dan menyelesaikan kegiatan rumah sebelum jam 9 pagi, kemudian fokus berkarya. Tahap selanjutnya mengatur waktu tidur. Mengoptimalkan pekerjaan tanpa mengantuk di tengah jalan. Melatih pikiran untuk fokus hingga pekerjaan selesai, dan sebagainya. Hingga kegiatan yang terbaru dari 2 minggu lalu adalah konsisten menulis cerita fiksi.

Lucunya, penulis gak tau ini berkaitan atau enggak, tetapi self-quarantine atau di rumah aja bener-bener membuat penulis jadi ekstrovert! Penulis udah melakukan beberapa tes dan hasilnya ekstrovert. Tapi penulis belum cek MBTI apakah berubah juga atau ngga, hahaha

Udah gitu aja ya apdetnya,

Bai!

Komentar

  1. Bikin buku sana penulis. Mungkin nanti saya jadi salah satu orang yang membaca buku kamu paling awal. Hahaha. Semangat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah ini, ditunggu saja ya, Non. Semoga bisa hahahah

      Hapus
  2. Asiiik... Btw maapkan belum bisa ngelanjutin buku kita lg. Aku belum mengerjakannya qoon... Maap

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku jugaa, maapin...
      mungkin pelan-pelan dulu kali ya, nanti kalo udah siap menggebu2 kasih aba-aba yaa

      Hapus

Posting Komentar

Buat mbak, mas, kakak, adik, bapak, ibu, bude, tante, paman, pakle', saudara-saudari silahkan suaranya ditulis :)
No Junk loo ya!! Salam damai :)

Postingan populer dari blog ini

Soal ungkapan the sunset is beautiful, isn’t it

“senjanya indah, ya?” kata penulis menatap seorang laki-laki di samping penulis. kami sedang duduk di pinggir pantai dan menatap langit dengan semburat merah jingga yang sangat apik itu. rasa ingin menggapai senja tapi kami hanya berdiam disini karena senja selalu lebih indah dinikmati dari kejauhan. yang diajak bicara tak menanggapi apa-apa. Nihil dibalut kesunyian sore itu. Matahari enggan bertahan di angkasa lebih lama lagi, maka seiring itu pula keduanya pulang.  di atas motor yang mereka bawa, keduanya tak membuka satupun pembicaraan. mereka masih ikut terbenam dalam keindahan senja yang hampir gugur itu. alih-alih terhanyut, penulis malah memang berniat untuk tak menggubris perkataan yang nantinya akan keluar. alih-alih, ia memilih merenung dan menanyakan lagi pada dirinya sendiri dalam hati, “senjanya indah, ya?” tak ada satupun air mata yang keluar membasahi pipinya. meski ia lebih menginginkan itu daripada harus menahan pencernaannya yang tidak kunjung baikan selama 5 hari ata

Are u okay?

Halo semua, maaf penulis lama sekali meninggalkan blog ini. 2022, tahun yang telah berganti belum sempat penulis sapa. Rutinitas setahun terakhir benar-benar berulang secara cepat. Banyak hal yang terskip selain dari hal yang menjadi prioritas, kerja. Tapi ternyata setelah setahun ini, akhirnya penulis kembali ke blog ini karena suatu hal yang akhir-akhir ini sering kembali menghampiri. Mungkin fase yang secara cepat berjalan ternyata menimbulkan suatu dampak, bahwa disadari tidak semua ikut berjalan secara cepat dan disadari tidak semua baik untuk ikut berjalan secara cepat. Salah satu yang sering menghampiri selama setahun belakangan adalah rasa cemas. Perasaan cemas yang semakin lama semakin cepat datang. Sungguh tidak nyaman. 365 hari yang silih berganti hingga menjadi satu tahun. Satu hari yang berarti 24 jam, harus habis begitu saja dengan pekerjaan, bersosialisasi, me time  yang tak lain sebagai distraksi dari pekerjaan ( tragic ), berkabar pada sanak saudara dan kerabat terdeka