Langsung ke konten utama

Efek terlalu nge push diri atau ... inikah anxiety? (bukan self diagnosis)

Halo, lama tak bersua, wahai moonwalker,

Saat ini kondisi penulis dibilang cukup deg-deg an, mungkin lengan penulis sudah lemas, tapi unfortunately, otak penulis meminta penulis untuk terus berfikir.

ini harus diselesaikan sekarang, pikir penulis.

mungkin lari ke blog bisa menjadi healer sesaat, pikir penulis lagi.

sebenarnya cukup mengecewakan. karena nyatanya di dewasa ini, perkembangan karakter penulis yang dirasa cukup meningkat secara fluktuatif ternyata menimbulkan sebuah eksternalitas. eksternalitas a.k.a dampak yang tidak dapat ditampung seperti sebuah sisi kelam yang muncul tidak beriringan dengan suatu progres yang positif.

Perkembangan karakter yang digarisbawahi oleh penulis adalah keluwesan penulis dalam berinteraksi. outputnya menjadi supel dan outcomenya mungkin memperluas sumber ilmu dari sesama manusia. Dibandingkan jaman kuliah atau baru lulus kuliah, atau tidak jauh2, dibandingkan awal masuk kantor dengan sekarang - detik ini - dimana penulis sedang menggerakkan jari-jari untuk menulis di lembar yang mulai terangkai tulisan ini jujurly lumayan jauh perbedaannya. Penulis merasa masuk awal masuk kantor mungkin tingkat keluwesan dalam bersosialisasi adalah 40%, sedangkan sekarang bisa terhitung mengalami kenaikan 30% menjadi 70%, pertumbuhan yang menjanjikan hanya dalam kurun waktu 1 tahun.

Hanya saja...

Ini bukan pertama kalinya,

bukan pertama kalinya penulis merasakan suatu eksternalitas -akhir-akhir ini menjadi lebih sering,

bisa dibilang sesuatu yang mengganggu,

dan apabila ini merupakan bagian dari progres, maka penulis lebih baik untuk tidak merasakan ini karena ini benar mengganggu penulis - dari segi fisik, pikiran, dan waktu yang terbuang.

perasaan ini bisa dideskripsikan seperti sesuatu yang menggebu-gebu di jantung penulis, eksistensi mengenai kepuasan diri yang sulit ditafsirkan (apakah penulis merasa puas sekali atau tidak puas), dari segi fisik seperti telah melakukan pekerjaan berat - memindahkan batu yang setara dengan berat badan penulis - yang mengakibatkan alat gerak penulis menjadi sangat lelah dan sulit untuk tenang.

perasaan ini sering terjadi setelah penulis mengerahkan semua pikiran, perbuatan, perkataan, dan segenap hati penulis kepada sesuatu.

Contohnya saja seperti yang penulis alami saat ini. Sebelumnya, penulis mengikuti sharing session lewat zoom meeting. Topiknya unik yang penulis sangat tunggu-tunggu, ada kakak tingkat penulis waktu kuliah juga yang menjadi narasumber. Penulis bukan orang yang sangat aktif dalam sebuah event, tapi mungkin karena topiknya sangat unik dan sangat beririsan dengan passion penulis, akhirnya itu yang membuat penulis tidak segan untuk bertanya kepada narasumber. Penulis juga menjadi sangat berambisi untuk mengikuti kompetisi yang diadakan. Hasilnya ternyata not bad, malah menggembirakan. Sangat! Pertanyaan penulis dijawab langsung oleh narasumber -bahkan penulis bisa sedikit berbasa basi- . Ajaibnya, penulis juga memenangkan kompetisi pemilihan mapArt terbaik 3 besar. Sebuah pencapaian, bukan? 

Kesenangan itu hanya membekas singkat. Setelah room meeting berakhir, perasaan yang mengganggu itu datang seperti ciri-ciri yang telah penulis deskripsikan diatas. Datang menyelimuti semuanya, pikiran dan fisik penulis. Seperti yang telah disebutkan, penulis menjadi sangat tidak nyaman.

Hal itu membuat penulis jadi berfikir banyak kemungkinan, seperti

apakah ini karena social battery penulis habis sehingga fisik dan pikiran penulis drop?

apakah ini definisi secara harfiah dari mengerahkan 100% tenaga dan pikiran pada sesuatu dan berakhir drop?

apakah ini karena penulis terlalu push diri penulis melewati batas yang penulis buat? terlalu push keluar boundaries mungkin?

ataukah ini benar-benar sebuah gangguan kesehatan mental... anxiety?


ini hanyalah kemungkinan yang ada dalam pikiran penulis, alih alih dari itu semua, penulis tidak mencoba untuk self diagnosis. Penulis cuma mencoba menggunakan salah satu cara khas penulis untuk relief dan release hal-hal yang membuat penulis overthinking. Kali ini penulis berharap semoga cara relief dengan menulis ini bekerja kembali.

I hope so,

Namun sebenarnya hikmah yang bisa penulis petik dari kejadian tadi juga ada. sepertinya kalau penulis mendorong diri melewati batas, percaya diri dan keeping a positive mind maka -seperti yang bisa dilihat- hasilnya menjadi memuaskan, atau bahkan sungguh maksimal.

Baiklah,

sekian dari penulis,

semoga kalian juga baik-baik saja,

dan semoga penulis lebih baik juga.

See u :)


P.S: penulis sudah lebih baik seiring dengan draft tulisan ini selesai disunting. semoga perasaan ini tidak datang kembali atau jangan sering-sering lah ya :)

Komentar

  1. Hai penulis, aku apa kabar? Aku sdg butuh kekuatan, aku rindu tulisanmu....

    BalasHapus

Posting Komentar

Buat mbak, mas, kakak, adik, bapak, ibu, bude, tante, paman, pakle', saudara-saudari silahkan suaranya ditulis :)
No Junk loo ya!! Salam damai :)

Postingan populer dari blog ini

Soal ungkapan the sunset is beautiful, isn’t it

“senjanya indah, ya?” kata penulis menatap seorang laki-laki di samping penulis. kami sedang duduk di pinggir pantai dan menatap langit dengan semburat merah jingga yang sangat apik itu. rasa ingin menggapai senja tapi kami hanya berdiam disini karena senja selalu lebih indah dinikmati dari kejauhan. yang diajak bicara tak menanggapi apa-apa. Nihil dibalut kesunyian sore itu. Matahari enggan bertahan di angkasa lebih lama lagi, maka seiring itu pula keduanya pulang.  di atas motor yang mereka bawa, keduanya tak membuka satupun pembicaraan. mereka masih ikut terbenam dalam keindahan senja yang hampir gugur itu. alih-alih terhanyut, penulis malah memang berniat untuk tak menggubris perkataan yang nantinya akan keluar. alih-alih, ia memilih merenung dan menanyakan lagi pada dirinya sendiri dalam hati, “senjanya indah, ya?” tak ada satupun air mata yang keluar membasahi pipinya. meski ia lebih menginginkan itu daripada harus menahan pencernaannya yang tidak kunjung baikan selama 5 hari ata

Are u okay?

Halo semua, maaf penulis lama sekali meninggalkan blog ini. 2022, tahun yang telah berganti belum sempat penulis sapa. Rutinitas setahun terakhir benar-benar berulang secara cepat. Banyak hal yang terskip selain dari hal yang menjadi prioritas, kerja. Tapi ternyata setelah setahun ini, akhirnya penulis kembali ke blog ini karena suatu hal yang akhir-akhir ini sering kembali menghampiri. Mungkin fase yang secara cepat berjalan ternyata menimbulkan suatu dampak, bahwa disadari tidak semua ikut berjalan secara cepat dan disadari tidak semua baik untuk ikut berjalan secara cepat. Salah satu yang sering menghampiri selama setahun belakangan adalah rasa cemas. Perasaan cemas yang semakin lama semakin cepat datang. Sungguh tidak nyaman. 365 hari yang silih berganti hingga menjadi satu tahun. Satu hari yang berarti 24 jam, harus habis begitu saja dengan pekerjaan, bersosialisasi, me time  yang tak lain sebagai distraksi dari pekerjaan ( tragic ), berkabar pada sanak saudara dan kerabat terdeka