Langsung ke konten utama

Palet Cat Air (Watercolor Palette) yang menggemaskan ulala #DIY

Hai:)
Udah lama tangan destruktif ini iseng-iseng buat kreasi. Sepertinya kejadian ini didukung oleh hati penulis yang beberapa waktu lalu sudah memantapkan diri.

Ya,

Penulis sudah mantap untuk membuktikan pada diri sendiri dulu dan mencoba fokus untuk mengeluarkan persona kreatif di bulan ini. Bulan Mei, sebagai bulan pembuktian diri untuk sisi penulis yang lain. *tersipu malu*

Mungkin karena tekad itu, indera penulis lainnya ikut menyemangati pikiran penulis. Sehingga tidak ragu berkreasi dan menghabiskan waktu untuk kepuasan penulis sendiri. Seperti yang ayah penulis tanyakan,
"Buat apa sih ini?".
"Buat-buat, Yah." kata penulis sedikit cuek karena fokus dengan apa yang penulis kerjakan. Saat itu penulis sedang memotong bagian Lego (mainan itu loh gaes).
"Daripada buat gini mending bikin kue lagi", penulis sedikit tidak terima karena yang penulis kreasikan tentu saja sangat berguna. Ayah penulis belum tau saja bentuknya seperti apa. Beda di dalam pikiran penulis, penulis sudah tau dan bisa membayangkan akan selucu dan semenggemaskan apa bentuknya. Ulala #macam cute girl *ups
"Biar dah, Yah, kan sudah lama A** (read: Penulis) kayak gini." jawab penulis dengan nada sedikit tidak terima. Sedangkan, ayah penulis hanya menimpali dengan tertawa. Seperti sudah lama tidak melihat penulis seperti ini, mungkin.
"Kalo gini-gini kayak mama dulu," katanya lagi. Penulis hanya tersenyum dalam hati dan kembali fokus. Padahal dalam hati seneng banget, wkwkw.



#Jadi penulis membuat apa?
Itu loh kan udah ada di judul
#Oiya hehe

#Eh tapi kok... emang penulis bisa melukis?
Engga sih *ups

Tapi, gini-gini penulis tau seni kok.

Penulis bisa nulis puisi, nulis cerita fiksi, menggambar


#iya ya yang tau seni
#Ya tapi palet kan buat ngelukis
Iya sih..

Tapi penulis mau belajar..

Penulis mau belajar melukis...

Iya, belajar melukis. Tapi beneran, pemikiran ini keluar setelah ada sponsor ig dari pikapoppin tentang workshop cat air. Setelah melihat palet pelukis yang keren seperti itu, penulis jadi punya ide untuk membuatnya sendiri. #Sebenernya karena penulis juga lagi kere, kan? Eh kok tau 😏

Jadi, penulis harus mencari sumber-sumber dulu dari web dan yutub. Hingga akhirnya penulis tertarik dengan ide menggunakan tempat pensil besi sebagai alas palet. Eittsss, tapi ternyata ga ada yang bekas di rumah penulis. Masa iya harus beli #ga ada duit Heheh iya makasih diingetin 😑
Ajaibnya, ternyata ada casing hape yang transparan dan udah ga digunakan. Alhasil, penulis manfaatin itu. Selanjutnya, penulis harus mencari wadah cat airnya atau biasa disebut 'pan'. Awalnya penulis mau beli, tapi karena alamat rumah penulis sulit ditemukan oleh abang j*e jadi buat apa. Padahal per biji cukup murah harganya, kalo lihat di shop** itu ada yang Rp1.500,00 sampai Rp3.000,00
Balik lagi #karena alamat rumah penulis suli... sssttt udah. udah paham.

Btw, pan itu kayak gini..

Terus kalau misal harus ke kota dan muter-muter nyari pan kayak gitu bakal buang banyak waktu. Jadinya penulis mengakali menggunakan Lego adik penulis yang sudah nangkring di gudang.
Kira-kira segampang itu kan buat jadi palet. Ngga, BIG NO!
Lego memang punya ukuran yang sama seperti half pan dan full pan, tetapi ternyata ditengahnya dibatasi oleh garis seperti ini
Dalam hati penulis berteriak AARGHHH!

Balik lagi, penulis bisa saja muterin kota untuk mencarinya. Tetapi, penulis memilih jalur yang lebih susah, yakni mencari akal bagaimana memotong garis itu. Kalau ada yang susah kenapa harus yang gampang 😏
Hingga akhirnya dengan bantuan cutting pen, lilin yang menyala, dan tang berhasil membuat dua garis itu lenyappppp. YAS!
#WOW, selamat penulis! Total berapa waktu yang dibutuhkan untuk 15 lego?
Hm, ga banyak. Dari pagi sampai maghrib sih, hehe.

Itupun dipotong sama kegiatan lain kok, kayak mandi, beribadah, re...ba..han.., ha.. pe.. an.., dra.. kor..an.. he.. he.. he..

Jadi begini progresnya..
Dan.. memang 1 lego itu butuh waktu 10 menitan.. hehe
Tapi gapapa, kalau tekad kalian kuat. Pasti BISA!

Setelah semua legonya jadi, waktunya untuk membersihkan alasnya. Penulis lupa ga ngefoto alas yang masih transparan dan kotor. Jadi kita bersihkan dulu. Penulis ingin membuat 2 sisi yang berbeda. Sisi 1 yang ditempel lego akan tetap transparan agar Lego bisa tetap kelihatan dari luar. Sedangkan, sisi 2 yang tidak ditempel Lego akan digunakan sebagai tempat mencampur cat yang digunakan, sehingga warnanya harus putih. Jadi sisi tersebut penulis cat menggunakan cat semprot/pilox. Cat semprot yang pertama adalah pilox warna putih, kemudian pilox warna transparan/clear. Lego bagian dalam juga penulis semprot dengan cat semprot warna putih dan transparan, agar warna cat air nantinya lebih terlihat. Kalau sudah, legonya disusun sesuai selera dan ditempel ke alasnya. Penulis menggunakan top coat yang biasa dipakai di kuku dan dicampur dengan lem kertas untuk menempelkan legonya. Agar tidak merusak alas maupun lego, tetapi juga kuat dan tidak goyang.
Karena, siapa tau penulis mau ganti pan warna yang lain.

Jadi seperti ini..

Time to fill the 'lego' pan~

#Penulis pake cat air apa?
Oiya, jadi gini..
Penulis keliru cat, iya, waktu workshop melukis harusnya pakai cat air..
#penulis punya nya cat tembok?
BUKAN!

Penulis adanya cat akrilik. Alhasil, penulis cuman bisa dengerin workshop aja. Besoknya, barulah penulis pergi membeli cat air merk Maries. Sebelum membuat palet ini, penulis tidak sengaja menemukan cat air merk Osama 2 pak dan 2-2nya sudah terbuka segelnya. Padahal catnya juga masih banyak. Akhirnya penulis punya 3 cat air, deh. Sempat bingung sebentar, kemudian penulis memilih menyelamatkan cat air merk Osama yang tak terurus itu.

Beginilah penampakan meja kerja penulis (dengan semua alat dan bahan yang digunakan) eaa~

*sneak peak*
*intip-intip*


Eittts~ ini masih tertata rapi gengs~

Ada 2 bahan yang penulis gunakan selain palet itu sendiri, eh 3 ding, yaitu cotton bud, tusuk gigi, dan tisu. Simple-nya cotton bud dan tisu untuk membersihkan cat yang meleber. Tusuk gigi untuk mengaduk cat yang hampir mengeras atau meratakan cat. Begitulah, ternyata susah ngejelasin, hehe.

Oke, yang ditunggu-tunggu adalah..

penulis yang berantakan

belum seberapa ya..

eh penasaran ga yang 'apa ni' itu? hehe
salam totoro and friends~
CUTE, kannn?

Next~
Hasilnya begini gengss~



Hihihi dah gitu dulu

Oiya, ini ada pesan. 
Mungkin alat dan bahan yang digunakan belum tentu ada di rumah masing-masing dari kalian atau caranya terlalu susah. Tapi penulis juga ga tiba-tiba nemu semua barang itu, penulis cari satu per satu di gudang atau di tempat manapun. Barang yang menurut penulis bisa dijadikan sebagai bahan dasar untuk buat kreasi ini, penulis kumpulkan dulu. Seperti, penulis menemukan tempat lensa kontak yang lumayan banyak yang dirasa bisa untuk pengganti pan. Tapi ternyata penulis memilih Lego. Ada banyak kemungkinan barang-barang menurut versimu sendiri yang digunakan untuk membuat palet ini. Begitu juga dengan proses pembuatan dan hasilnya. Tentu saja kalau berfikir berhasil, kemungkinan pasti ada 😊
Semoga menginspirasi~
Waktunya mewarnai~

Bye:)

Komentar

  1. Astaga penulis, pikiran kreatifnya lagi tumpah tumpah ya sampe berpikiran untuk bikin ginian, keren. Seandainya penulis bikin tips ini di saat saya masih di SMA, bakalan lebih terasa lagi manfaatnya untuk tugas Senbud, hehehe. Putar waktu yok putar waktu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Anon sudah membaca, entah gimana bisa jadi bersemangat ginian. Wahh SMA memang spesial non, udah jangan diulang lagi biar tetap spesial heheh.

      Hapus

Posting Komentar

Buat mbak, mas, kakak, adik, bapak, ibu, bude, tante, paman, pakle', saudara-saudari silahkan suaranya ditulis :)
No Junk loo ya!! Salam damai :)

Postingan populer dari blog ini

Soal ungkapan the sunset is beautiful, isn’t it

“senjanya indah, ya?” kata penulis menatap seorang laki-laki di samping penulis. kami sedang duduk di pinggir pantai dan menatap langit dengan semburat merah jingga yang sangat apik itu. rasa ingin menggapai senja tapi kami hanya berdiam disini karena senja selalu lebih indah dinikmati dari kejauhan. yang diajak bicara tak menanggapi apa-apa. Nihil dibalut kesunyian sore itu. Matahari enggan bertahan di angkasa lebih lama lagi, maka seiring itu pula keduanya pulang.  di atas motor yang mereka bawa, keduanya tak membuka satupun pembicaraan. mereka masih ikut terbenam dalam keindahan senja yang hampir gugur itu. alih-alih terhanyut, penulis malah memang berniat untuk tak menggubris perkataan yang nantinya akan keluar. alih-alih, ia memilih merenung dan menanyakan lagi pada dirinya sendiri dalam hati, “senjanya indah, ya?” tak ada satupun air mata yang keluar membasahi pipinya. meski ia lebih menginginkan itu daripada harus menahan pencernaannya yang tidak kunjung baikan selama 5 hari ata

Are u okay?

Halo semua, maaf penulis lama sekali meninggalkan blog ini. 2022, tahun yang telah berganti belum sempat penulis sapa. Rutinitas setahun terakhir benar-benar berulang secara cepat. Banyak hal yang terskip selain dari hal yang menjadi prioritas, kerja. Tapi ternyata setelah setahun ini, akhirnya penulis kembali ke blog ini karena suatu hal yang akhir-akhir ini sering kembali menghampiri. Mungkin fase yang secara cepat berjalan ternyata menimbulkan suatu dampak, bahwa disadari tidak semua ikut berjalan secara cepat dan disadari tidak semua baik untuk ikut berjalan secara cepat. Salah satu yang sering menghampiri selama setahun belakangan adalah rasa cemas. Perasaan cemas yang semakin lama semakin cepat datang. Sungguh tidak nyaman. 365 hari yang silih berganti hingga menjadi satu tahun. Satu hari yang berarti 24 jam, harus habis begitu saja dengan pekerjaan, bersosialisasi, me time  yang tak lain sebagai distraksi dari pekerjaan ( tragic ), berkabar pada sanak saudara dan kerabat terdeka