Langsung ke konten utama

Tiba-tiba pareidolia ketemu Song-writer alap-alap yang bau kencur

Hi:)
Judulnya aneh ya, pasti kalian masih awam sama kata-kata itu. Sama kok, penulis baru tau tadi pagi banget tentang kata-kata itu. Bukan tidak disengaja, memang penulis sedang mencari istilah yang tepat tentang apa yang sedang penulis alami saat ini. Pareidolia ternyata baru ditambahkan di kamus bahasa Inggris 3 tahun lalu, jadi mungkin wajar kalau asing di telinga.

Pareidolia (pengucapan bahasa Inggris: [pærɪˈdoʊliə] pa-ri-doe-lee-ə) ) adalah sebuah fenomena psikologis yang melibatkan stimulus samar-samar dan acak (sering kali sebuah gambar atau suara) yang dianggap penting. Contoh umum termasuk melihat gambar binatang atau wajah-wajah di awan, melihat kelinci di permukaan Bulan, atau mendengar pesan tertentu di rekaman yang dimainkan secara terbalik (sumber: wikipedia -karena ga nemu sumber lagi😔)
#terus kalau alap-alap yang bau kencur 
nanti dibahas di bawah ya :)
Entah dari mana datangnya, tadi malam penulis ingin buat lagu. Ada nada..  #sumbang? engga dong, eh, dikit 😏. Ada potongan melodi yang melintas di pikiran penulis. Satu bait lagu dan bikin penulis ketagihan buat nyanyi.. bait itu doang.

Entah apa pemicunya, bisa jadi karena kemarin pagi penulis dengerin lagu Taylor Swift yang versi konser di Paris. Atau mungkin juga karena penulis mau halangan gitu, jadinya lebih emosional. #keinget seseorang ya penulis? sebenernya... duh males wis 😒

Setelah Yoga sekitar jam 17:12 -dimana bentar lagi buka puasa-, bait itu sudah terngiang-ngiang dipikiran. Tapi penulis ga langsung rekam. Barulah setelah buka puasa, penulis cepat-cepat ke ruangan yang bikin suara penulis terdengar bagus, hehehe..
#dimana? di kamar mandi? pantes kok ada backsound lainnya..
Bukan!
Di ruang makan kok, ga ada siapa-siapa, cuma penulis doang 😏

18 Mei 2020 17:58 Pertama kalinya penulis merekam bait yang muncul di pikiran penulis. Dalam satu kali take vocal dan ternyata suaranya ga jelek-jelek amat meskipun goyangnya sekitar 4 SR #dikira gempa 😑 terus dikarenakan mumpung udah lama ga aktif soundcloud (baru buka lagi karena terpesona sama suara temen penulis, shout out to Annisa - dia dulu punya blog juga gengs). Akhirnya penulis upload dah tuh di soundcloud.

🎵 Dengerin Lagunya 🎵 cuman 9 detik, karena kalo lama-lama hancur soundcloudnya hahah

Iyaps itu, liriknya cuman .. gitu. Tapi efeknya, sampai hari ini pun penulis suka bergumam bait itu.

Karena tidak tenang meskipun sudah makan banyak, sekitar pukul 19.30, penulis akhirnya mencoba merangkai bait-bait yang lain. Penulis sebenarnya tidak tau cara membuat lirik lagu, bahkan tidak browsing dan mencari tahu dahulu. Tapi, seingat penulis.. dari ajaran kakak Taylor Swift #halu hehehe 😙. Anatomi lagu (yang penulis tau) mempunyai beberapa bagian yang terdiri dari verse, chorus, ada juga bridge, pre-chorus, post-chorus, refrain, sampai intro maupun outro.  Oiya info aja, bedah lagu Taylor swift yang judulnya style di youtube channelnya Vox sangat pleasing untuk dilihat >>check<<, dari situ penulis merasa Taylor Swift dan producer lagu yang turut berpartisipasi beneran artsy dan genius. Cuman video itu yang jadi referensi penulis untuk menulis lagu dan itupun sudah lama. Jadi berharap liriknya sebagus kakak Taylor #ngehalu lagi heheh ampun. Liriknya penulis coba tulis selayaknya menulis bait-bait puisi.

Ok,
jadi progress-nya...
Penulis buat verse 1 dulu
((sok-sok an kayak songwriter handal))
Penulis bingung sebenarnya..
#terlalu banyak kebingungan penulis
Hehehe iya
#mana beneran pingin bikin lagu lagi
Ya kan penasaran~~

Tar dulu nih, mau ngelanjutin. Jadi kebingungan penulis itu terletak pada bahasa. Karena bait yang keluar di pikiran penulis yakni menggunakan bahasa inggris, jadi mau ga mau kan lirik yang lain ikut bahasa inggris 
#ngga juga kok, penulis. 
Eh, ngga ya?
Ya, tapi ya kan gimana gitu.
#ngga kok, banyak lagu yang campursari bahasa gitu
Tau deh, pokoknya menurut penulis lebih bagus pake bahasa inggris juga
#😑

Nah, di lain hal~ kecepatan otak penulis dalam menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris berbeda. Jadi, untuk mencegah #kepikunan hehh~! maka, penulis menulis bahasa indonesia terlebih dahulu (meskipun ada beberapa yang bahasa inggrisnya nyantol duluan).
Verse 1:
Melody saving 
(tabungan/ingatan melodi)
From the first time he said,
(dari pertama kali dia berkata,)
... teks bahasa inggris belum ditranslate...
(jika kamu bisa mengulang waktu, kapan?)
... teks bahasa inggris belum ditranslate...
(alibiku yang mengambil alih pikiranku)
... teks bahasa inggris belum ditranslate...
(mendengar jawabanmu)
... teks bahasa inggris belum ditranslate...
(menentang diriku untuk mengatakan tidak ada)
... teks bahasa inggris belum ditranslate...
(dan tidak perlu merasa bersalah pada waktu yang lalu)

Duh, malu ya setelah nulis beberapa lirik diatas.
#lah
dilanjutin ga ya?
#lanjut lah
Ok,
Ada 3 bait yang membuat penulis bingung apakah harus diikutkan atau tidak. Alhasil, penulis memilih untuk menghapusnya.
Wah.. verse 1 sudah selesai WKWOKWOK (sumpah penulis takut penghinaan nulis lirik secepat ini 🙈). Mari kita langsung lompat ke verse 2 yang dibuat lebih express setelah verse 1 selesai.
Verse 2:
... teks bahasa inggris belum ditranslate...
(bunga matahari mekar)
... teks bahasa inggris belum ditranslate...
(artinya aku berada di kota yang berbeda)
... teks bahasa inggris belum ditranslate...
(membuat jarak diantara kita)
... teks bahasa inggris belum ditranslate...
(membuat pertanyaan semakin tanpa jawaban)
... teks bahasa inggris belum ditranslate...
(hanya berjalan terus)
... teks bahasa inggris belum ditranslate...
(walau sesekali ingin menggenggam)
Oiya, penulis jadi ingat kata-kata Baskara/Hindia. Katanya, kalau dia menulis lagu maka judul dan bait terakhir yang pertama kali dibuat ((seingat penulis)). Mungkin kenapa setelah mendengarkan lagu-lagu Hindia, ujungnya menyuruh kita mikir dan masih berlarut-larut di dalam lagunya😅

Ok, jadi penulis ingin memberikan sentuhan di bait terakhir juga. Penulis ingin lirik yang terus ada dipikiran penulis juga menjadi lirik yang berkesan.
Outro:
Time by time also leaving behind
(waktu demi waktu yang juga meninggalkan (kita))
Till we don't understand why
(sampai kita tidak mengerti mengapa)
At this time, this time I want to hold
(saat ini, kali ini saya ingin terus)
Nah, penulis juga ingin punya bridge yang keren macam lagu kakak Tay yang judulnya Death by Thousand Cuts #mimpi hehehe, iya kan penulis daritadi dah mimpi buat kek gini 😆
Jadi, penulis nulis bridge atau mungkin post-chorus sekarang..
Bridge/post-chorus:
... teks bahasa inggris belum ditranslate...
(aku yakin aku bisa bertahan)
But I dont know if we are
(tapi aku tidak tau kalau kita)
Well maybe I've got to learn to myself
(yah mungkin aku harus belajar sendiri)
Proved with this time
(terbukti dengan saat ini)
Terus entah kenapa verse 1 dan verse 2 yang dibuat di atas seperti masih memiliki gap yang aneh. Dari segi timeline dan pengalaman penulis  yang penulis curahkan #ecie 🙅masih terbilang jauh menuju lirik di post-chorus dan outro. Sedangkan, dari segi pengembangan alur (ngasal namanya) masih dirasa belum memuncak untuk sampe ke chorus yang kedua. Jadi verse 2 sepertinya harus diperkuat.
#gimana sih maksudnya penulis?
Hm, ga paham ya?

Dengan bumbu sok tau dan eksperimen, menurut penulis kalau dengerin lagu itu kan ada progression nya.. hm, nanti jadinya progression chord ya.. penulis malah gatau apa-apa.

Gitu deh, penulis bingung ngejelasin.
Inget alur film atau puisi aja, kan disitu ada pas mau klimaks tensinya dinaikin.
Eiya, tension adalah kata yang pas buat mendeskripsikan ini (baru kepikiran)

Verse 2 tensionnya menurut penulis beda sama verse 1. Verse 2 kecenderungannya lebih kuat aja, jadinya penulis tulis lagi beberapa bait yang menghubungkan verse 2 ke brigde atau chorus. Kita namai verse 3 dulu.
Verse 3:
... teks bahasa inggris belum ditranslate...
(bunga liar kuning di pinggir jalan)
... teks bahasa inggris belum ditranslate...
(yang kulewati bersama headset di telinga)
... teks bahasa inggris belum ditranslate...
(lagu yang selalu mengingatkanmu)
... teks bahasa inggris belum ditranslate...
(menambah kesan jarak terasa lebih jauh)
... teks bahasa inggris belum ditranslate...
(memang benar)
... teks bahasa inggris belum ditranslate...
(mengingatmu hanya sebuah kenangan)
Kalau ada 3 verse juga kan terlalu banyak, meskipun ga apa-apa, nanti durasinya makin lama kayak lagu kakak Tay yang judulnya All Too Well (levelnya udah lyric masterpiece sih ini). Jadi mungkin verse 3 ini udah dipastikan masuk jadi verse 2, tinggal verse 1 nya aja yang diubah.

Ok, berarti penulis ganti verse 3 menjadi verse 2 dan verse 2 menjadi verse 1.
#terus verse 1 nya gimana penulis?
hm, apa mau dijadikan chorus aja ya?
Sebentar lagi penulis renungkan

Sebenernya penulis bingung untuk chorus-nya. Hm, jadi ingin churros #beda penulis!. Belum ketemu hook-nya apa. Mungkin lirik yang pertama kali muncul dipikiran penulis bisa menjadi hook, tapi kurang banyak hook-nya.
Gatau lagi.

Kayaknya penulis nyerah aja deh memikirkan ini. HAHAHA.
#yah, penulis beneran menyerah?
Iya.. namanya juga kan song-writer alap-alap. Maksudnya nulisnya sih cepet ga sampai 24 jam.. cuman beberapa menit sebelum tidur. Tapi ada komplemennya, masih bau kencur, artinya masih baru banget dan tahap belajar. atau, ini tahap ngawur lebih tepatnya, hhehe.

#terus kalau judulnya?
Hm,
Apa ya?

This time
kali,, ya,,
#yaudah itu aja
Ok, this time

Ok, langsung rangkuman aja ya.
Sejauh ini anatomi lirik lagu penulis:
chorus - verse 1 - chorus - verse 2 - post chorus - outro



Sudah,
Mari kita akhiri eksperimen ini
Setidaknya penulis sudah merasa lega merangkai bait-bait yang lain dan tidak perlu memaksakan bagaimana melodi-melodi itu bergabung. Toh, setelah ini lika-likunya lebih panjang lagi. Akan banyak revisi dan mencocokkan dengan nada yang dipakai. Jadi, berhenti disini saja, hahaha.

#tapi kalau ditawari merangkai jadi lagu beneran penulis mau?
Hayuk lah
Sama siapa?
Jack Antonoff?
Ryan Tedder?

Ngga ding,
Penulis dah ga kuat.
Mending jadiin puisi aja lah, tidak capable untuk lebih.

Eh tapi,
Kalau mau dibuat lagu ya sok atuh silahkan. Idenya ambil silahkan, komen aja.
Daripada mubazir
#emang ada yang mau?
ga ada si,
HAHAHA

Dah ya,

Maaf sebesar-besarnya untuk yang lebih mengerti musik, penyanyi, pemain istrumen, anak band, anak paduan suara, alumni ajang bakat menyanyi, dan produser-produser terkenal yang sudah disebutkan kalau memang membaca.
Maafkan penulis karena berani-beraninya tidak research dulu dan sok-sok an dengan tingkat kesotoyan yang tinggi untuk mencampur, mengaduk-adukkan teori tentang menulis lirik ini 🙇
Maafkan buat Swifties... yang pasti iri karena penulis diajarin Taylor Swift :)

Ini semua dibuat hiburan aja, ya. Tapi penulis masih menerima kritik dan saran, kok.

#eh, tapi kalau diajakin nulis lirik lagu sama Taylor Swift gimana penulis?
oiya jelas
MAU!

MAUU!

Hehe, gatau diri

Dah, bye :)

Komentar

  1. Liriknya kok ya sedalam itu. Penulis sedang galau? Hahahahaha. Coba liriknya kasih ke teman penulis yang suka cover cover dan bikin lagu. Mungkin aja bisa jadi bagus beneran nih kalau dilagukan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sedalam apa, non? Ngga galau..
      Waduhh penulis malah lebih takut kalo beneran jadi lagu hahaha

      Hapus
  2. Sedalam kamu menyelami hatinya. Hahaha. Wah, kok malah takut? Seharusnya bagus dong kalo jadi lagu.

    BalasHapus

Posting Komentar

Buat mbak, mas, kakak, adik, bapak, ibu, bude, tante, paman, pakle', saudara-saudari silahkan suaranya ditulis :)
No Junk loo ya!! Salam damai :)

Postingan populer dari blog ini

Soal ungkapan the sunset is beautiful, isn’t it

“senjanya indah, ya?” kata penulis menatap seorang laki-laki di samping penulis. kami sedang duduk di pinggir pantai dan menatap langit dengan semburat merah jingga yang sangat apik itu. rasa ingin menggapai senja tapi kami hanya berdiam disini karena senja selalu lebih indah dinikmati dari kejauhan. yang diajak bicara tak menanggapi apa-apa. Nihil dibalut kesunyian sore itu. Matahari enggan bertahan di angkasa lebih lama lagi, maka seiring itu pula keduanya pulang.  di atas motor yang mereka bawa, keduanya tak membuka satupun pembicaraan. mereka masih ikut terbenam dalam keindahan senja yang hampir gugur itu. alih-alih terhanyut, penulis malah memang berniat untuk tak menggubris perkataan yang nantinya akan keluar. alih-alih, ia memilih merenung dan menanyakan lagi pada dirinya sendiri dalam hati, “senjanya indah, ya?” tak ada satupun air mata yang keluar membasahi pipinya. meski ia lebih menginginkan itu daripada harus menahan pencernaannya yang tidak kunjung baikan selama 5 hari ata

Are u okay?

Halo semua, maaf penulis lama sekali meninggalkan blog ini. 2022, tahun yang telah berganti belum sempat penulis sapa. Rutinitas setahun terakhir benar-benar berulang secara cepat. Banyak hal yang terskip selain dari hal yang menjadi prioritas, kerja. Tapi ternyata setelah setahun ini, akhirnya penulis kembali ke blog ini karena suatu hal yang akhir-akhir ini sering kembali menghampiri. Mungkin fase yang secara cepat berjalan ternyata menimbulkan suatu dampak, bahwa disadari tidak semua ikut berjalan secara cepat dan disadari tidak semua baik untuk ikut berjalan secara cepat. Salah satu yang sering menghampiri selama setahun belakangan adalah rasa cemas. Perasaan cemas yang semakin lama semakin cepat datang. Sungguh tidak nyaman. 365 hari yang silih berganti hingga menjadi satu tahun. Satu hari yang berarti 24 jam, harus habis begitu saja dengan pekerjaan, bersosialisasi, me time  yang tak lain sebagai distraksi dari pekerjaan ( tragic ), berkabar pada sanak saudara dan kerabat terdeka