Langsung ke konten utama

Isengomik : Episode 3

Hai,

Sebenernya kalo dilihat dari judulnya sebenernya gak nyambung banget, tapi apalah judul itu yang penting isinya. Wah isinya tambah gajelas sih :D

Oiya, penulis mau minta maaf sekaliii~ sama yang berkaitan dengan artikel ini. Penulis gak tau mau minta izinnya gimana, hihihi. Tapi kalo kalian mungkin kenal terus disuruh buka blog ini cukup membantu kok :D

Penulis sih gapapa kalo nanti penulis bakal terkenal.Tapi gatau mereka, nanti malah menjauhi penulis, hilang dari kehidupan, dan penulis hyaa~ *lebay

Oiya siapa aja yang di ikut terlibat?

Yang pertama, teman penulis yang bernama feti, nama panjangnya Fatimah Zahra A M. Dia udah jadi kayak pemeran utama disini. Terus yang kedua, Afiff Dwi Jatmiko. Dia entah bagaimana muncul, mungkin kepanggil atau bagaimana. Terus yang terakhir Raka, Istimrora Raka Delora. Walaupun cuman tangannya dia, tapi tangannyaaaa dosaaaaaaa banget pake gaya kayak gitu -_-
Nb: kalian yang terkait,  sumimasen~ kalian gapapa kok bilang ke penulis untuk ngapus.


Oke, beralih ke asal usul. Asal usulnya kenapa ada kayak beginian, mmm~ gatau sih kenapa. Tapi itu pertama kalinya penulis pake webcam di laptop dan kayaknya feti deh yang ngajak buat foto bareng :p Alhasil karena Feti yang telah memperkenalkan penulis itu, penulis makin sering narsis. -_-

Oke ini dia hasil dari editan komik penulis :D

Semoga menghibur~




Hahaha, sekian. Tunggu episode berikutnya yaaa~

Oiya, jangan lupa komen sama reaksinya gimana, masa gak ada satupun yang komen dan bereaksi. Atau jangan-jangan~ emang gak ada yang  lihat? :(

Komentar

Posting Komentar

Buat mbak, mas, kakak, adik, bapak, ibu, bude, tante, paman, pakle', saudara-saudari silahkan suaranya ditulis :)
No Junk loo ya!! Salam damai :)

Postingan populer dari blog ini

Soal ungkapan the sunset is beautiful, isn’t it

“senjanya indah, ya?” kata penulis menatap seorang laki-laki di samping penulis. kami sedang duduk di pinggir pantai dan menatap langit dengan semburat merah jingga yang sangat apik itu. rasa ingin menggapai senja tapi kami hanya berdiam disini karena senja selalu lebih indah dinikmati dari kejauhan. yang diajak bicara tak menanggapi apa-apa. Nihil dibalut kesunyian sore itu. Matahari enggan bertahan di angkasa lebih lama lagi, maka seiring itu pula keduanya pulang.  di atas motor yang mereka bawa, keduanya tak membuka satupun pembicaraan. mereka masih ikut terbenam dalam keindahan senja yang hampir gugur itu. alih-alih terhanyut, penulis malah memang berniat untuk tak menggubris perkataan yang nantinya akan keluar. alih-alih, ia memilih merenung dan menanyakan lagi pada dirinya sendiri dalam hati, “senjanya indah, ya?” tak ada satupun air mata yang keluar membasahi pipinya. meski ia lebih menginginkan itu daripada harus menahan pencernaannya yang tidak kunjung baikan selama 5 hari ata

Are u okay?

Halo semua, maaf penulis lama sekali meninggalkan blog ini. 2022, tahun yang telah berganti belum sempat penulis sapa. Rutinitas setahun terakhir benar-benar berulang secara cepat. Banyak hal yang terskip selain dari hal yang menjadi prioritas, kerja. Tapi ternyata setelah setahun ini, akhirnya penulis kembali ke blog ini karena suatu hal yang akhir-akhir ini sering kembali menghampiri. Mungkin fase yang secara cepat berjalan ternyata menimbulkan suatu dampak, bahwa disadari tidak semua ikut berjalan secara cepat dan disadari tidak semua baik untuk ikut berjalan secara cepat. Salah satu yang sering menghampiri selama setahun belakangan adalah rasa cemas. Perasaan cemas yang semakin lama semakin cepat datang. Sungguh tidak nyaman. 365 hari yang silih berganti hingga menjadi satu tahun. Satu hari yang berarti 24 jam, harus habis begitu saja dengan pekerjaan, bersosialisasi, me time  yang tak lain sebagai distraksi dari pekerjaan ( tragic ), berkabar pada sanak saudara dan kerabat terdeka